FPCI: 10 Tahun Berkarya Memasyarakatkan Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Dino Patti Djalal pendiri dari Foreign Policy Community Indonesia (FPCI). Foto: Metrotvnews.com/Muhammad ReyhanSyah

Wawancara Khusus Dino Patti Djalal

FPCI: 10 Tahun Berkarya Memasyarakatkan Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Marcheilla Ariesta • 29 November 2024 10:05

Jakarta: Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) sudah 10 tahun terbentuk. Sebagai pendiri FPCI, Dino Patti Djalal memiliki mimpi untuk ‘memasyarakatkan’ politik luar negeri, yang menjadi ide awalnya mendirikan lembaga ini.

Kepada Metrotvnews.com, Dino menjelaskan bagaimana politik luar negeri dipandang hanya dipahami pakar-pakar saja, atau karangan elit politik. Padahal, potensinya sangat besar untuk mengikutsertakan masyarakat umum.

“Jadi itu yang saya lakukan yaitu mencoba memasyarakatkan politik luar negeri melalui FPCI, tapi juga secara lebih khusus menyebarkan semangat internasionalisme di Tanah Air,” kata Dino dalam wawancara khusus bersama Metrotvnews.com, Kamis 28 November 2024.

Menurutnya, nasionalisme di masyarakat Indonesia sudah keren dan banyak dianut orang-orang, tapi internasionalisme masih kurang dan masih belum dipahami oleh sebagian besar rakyat Indonesia

“Padahal internasionalisme itulah adalah kunci sukses suatu bangsa kalau menurut saya,” ujar Dino.

Ia mengakui, banyak tantangan jika berbicara mengenai politik luar negeri dan itu terasa dimana pun, termasuk di Amerika Serikat (AS). Sementara di Indonesia, kata Dino, tantangannya adalah bagaimana membuat publik menggandrungi politik luar negeri. 

“Ya tantangannya itu adalah bagaimana bisa bersaing dengan isu-isu lain ya dan bagaimana bisa membuat anak muda itu melihat foreign policy itu sebagai hal yang keren dan inspiratif gitu,” lanjut mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI tersebut. 

Menurutnya, agak susah jika memperkenalkan politik luar negeri dengan cara lama, misalnya dengan jargon-jargon yang teknokratis dan bahasa diplomatik yang tinggi.

Karenanya, lewat FPCI Dino ingin mengubah pendekatan dengan menggunakan jargon atau kegiatan yang lebih ‘ramah’ di telinga anak muda Indonesia. Selain itu, menggunakan public figure yang sudah dikenal masyarakat juga menjadi salah satu pendekatan yang kerap digunakan FPCI.

“Sehingga anak muda lihat wah ini menarik ya foreign policy. Bukan hanya menarik tapi bahkan inspiratif juga,” seru dia.


Capaian FPCI

Bermula dari ruangan kecil, FPCI menjadi salah satu lembaga pemikir yang kini memiliki banyak capaian. Salah satunya mengadakan konferensi Politik Luar Negeri Indonesia yang terbesar, tak hanya di Indonesia, bahkan Asia, yang dikenal dengan nama Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP).

“Dulu kami gubuk kecil, tapi sekarang telah menjadi organisasi masyarakat hubungan internasional terbesar di Indonesia, dan di Asia Tenggara, dan di Asia Pasifik,” terang Dino.

Tak hanya itu, berbagai capaian lain seperti Online Global Town Hall yang diikuti 28 ribu peserta dari 150 negara. Ada juga Indonesia Net Zero Summit yang berfokus pada isu perubahan iklim.

Memasyarakatkan Politik Luar Negeri

Dino menjelaskan kembali, masyarakat adalah pelaku bagaimana kebijakan politik luar negeri itu dibuat. Karenanya, melalui FPCI, Dino menggaungkan citizen diplomacy.

“Kan kita tahu kalau diplomasi itu yang menjalankan presiden, menteri-menteri, diplomat, dan lain sebagainya. Jadi ada pelakunya. Nah kalau ini pelakunya adalah rakyat biasa seperti kami, tapi peduli dengan masyarakat internasional,” terang Dino.

Dino menjelaskan, ide ini diberikan FPCI kepada pemerintah, melalui kegiatan yang mereka lakukan. Tujuan dari kegiatan FPCI, kata Dino, adalah melakukan advokasi terhadap masyarakat, melakukan outreach terhadap citizen dan grup di negara lain dan lain sebagainya. 

“Jadi, menurut saya, kami termasuk yang paling aktif untuk melakukan citizen diplomacy ini. Karena memang itu adalah DNA dari FPCI dari awal,” tegasnya.

Dino menjelaskan, FPCI menggaet anak muda supaya generasi penerus bangsa makin peduli dengan politik luar negeri Indonesia. Hal ini, katanya diharapkan dapat membawa Indonesia makin dikenal di dunia internasional.

Oleh karena itu, Dino ingin agar FPCI ke depannya menjadi organisasi yang lebih besar lagi di kawasan, dengan lebih banyak kampus-kampus yang organisasi masyarakat yang bergabung.

“Kita ingin agar FPCI menjadi pelopor untuk memajukan hubungan antara masyarakat di ASEAN,” tegas Dino.

Dino juga berharap kedepannya akan lebih banyak pemimpin anak muda yang idealis, berprestasi, internasionalis, yang akan tampil ke depan.

“Karena saya melihat 10 tahun ke depan saja tuh, ini dunia akan sangat-sangat goyah. Jadi kita butuh benar-benar stagemen ke depan. Terutama yang datang dari politisi-politisi muda dan pemikir muda,” tutupnya.

Akhir pekan ini, tepatnya Sabtu, 30 November 2024, FPCI akan menggelar Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) di Mall Kota Kasablanka. Acara ini gratis tanpa dipungut biaya.

Bagi yang ingin hadir, wajib mendaftar di www.cifp2024.com.

“Bisa ketemu dubes-dubes, bisa ada klinik juga dan lain sebagainya. Jadi silahkan datang. Saya jamin ini kalau Anda serius ingin belajar mengenai dunia, this is the day you will remember.You will learn a lot. Akan banyak sekali belajar hari itu,” pungkas Dino.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)