Duh! Konflik Iran-Israel, Subsidi BBM Bisa Bengkak hingga Rp250 Triliun

Ilustrasi BBM. Foto: dok MI/Panca Syurkani.

Duh! Konflik Iran-Israel, Subsidi BBM Bisa Bengkak hingga Rp250 Triliun

Media Indonesia • 15 April 2024 20:38

Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperhitungkan dengan asumsi minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) naik menjadi USD100 per barel akibat eskalasi konflik Iran-Israel, subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) yang harus digelontorkan pemerintah mencapai Rp249,86 triliun.
 
Ini disampaikan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menjelaskan, setiap kenaikan USD1 per barel akan memengaruhi kenaikan subsidi dan kompensasi energi dalam negeri.
 
Ia menyebut, setiap kenaikan ICP USD1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi energi sekitar Rp1,8 triliun dan kompensasi energi sebesar Rp5,3 triliun.
 
"Jka ICP diperkirakan naik sampai USD100 per barel dengan kurs rupiah Rp15.900, maka subsidi dan kompensasi BBM naik menjadi sampai Rp250 triliun, (naik) dari yang sekarang kita asumsi di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 sekitar 161 triliun," ungkap Tutuka dalam webinar 'Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI', Senin, 15 April 2024.
 
Selain BBM, subsidi elpiji 3 kilogram (kg) juga akan melonjak jika ICP dipatok menjadi USD100 per barel menjadi Rp106,28 triliun, lebih tinggi dari asumsi APBN 2024 dengan Rp83,27 triliun. "Tentunya totalnya akan sangat besar kalau kita totalkan subsidi kompensasi BBM dan elpiji," kata Tutuka.
 

Baca juga: Pemerintah Siapkan Kebijakan Antisipasi Halau Dampak Konflik Timteng
 

Subsidi BBM melonjak dari asumsi APBN

 
Kemudian, pihaknya juga menghitung bila ICP naik menjadi USD110 per barel, maka subsidi dan kompensasi BBM menjadi Rp287,24 triliun, melonjak dari asumsi APBN 2024 dengan Rp161 triliun dan subsidi elpiji 3 kg sebesar Rp116,97 triliun, naik dari asumsi APBN 2024 yang sebesar Rp83,27 triliun.
 
"Kalau naik ke USD110 per barel akan menjadi jauh lebih besar totalnya mungkin lebih dari Rp350 triliun," terang Tutuka.
 
Ia menyampaikan sumber utama impor BBM Indonesia ialah Singapura dengan porsi 56,58 persen, lalu dari Malaysia dengan 26,75 persen, impor BBM dari India dengan 6,28 persen, dan negara lainnya seperti Tiongkok, Oman, Korea.
 
Sementara, Indonesia mengimpor minyak mentah dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola, dan Gabon. Sedangkan, sumber utama impor elpiji dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.
 
Tutuka menegaskan dampak eskalasi konflik Iran dan Israel berhubungan pada jalur distribusi impor minyak mentah dan gas elpiji Indonesia karena berada di wilayah Timur Tengah dan Amerika Serikat yang merupakan sekutu utama Israel.
 
"Untuk impor minyak mentah sebagian besar dari Saudi Arabia dan Nigeria. Tentunya ini berpengaruh ya. Lalu, impor elpiji dari Amerika. Berbagai macam cara kita antisipasi kalau terjadi eskalasi berlanjut," tutup Tutuka.
 
(INSI NANTIKA JELITA)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)