UBS. Foto: Unsplash.
Shanghai: UBS Group akan mengembangkan bisnis manajemen kekayaan dan asetnya di Tiongkok meskipun perekonomian sedang melambat serta kurangnya kesepakatan kepada pinjaman Wall Street dan Eropa di negara tersebut.
"Tiongkok adalah pasar global yang strategis dan merupakan tempat kami ingin berbuat lebih banyak," jelas Country Head UBS Tiongkok Eugene Qian, dilansir Channel News Asia, Senin, 8 Januari 2024.
baca juga:
UBS Bakal Selesaikan Merger dengan Credit Suisse di 2024
|
“Khususnya, kami ingin memperluas platform manajemen kekayaan dan aset dalam negeri," tambah dia.
Komentarnya muncul setelah Credit Suisse tahun lalu memberhentikan seluruh tim manajemen kekayaannya di Tiongkok karena UBS memutuskan untuk tidak mempekerjakan staf CS setelah perusahaan tersebut melakukan merger.
Bank-bank AS dan Eropa melakukan operasi pembatasan di Tiongkok dalam upaya mereka mengatasi ketegangan yang meningkat antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan peraturan yang lebih ketat.
Layanan global
UBS tahun lalu menandatangani nota kesepahaman untuk berkolaborasi dengan Industrial & Commercial Bank of China untuk melayani klien global dan dalam negeri.
"Di Tiongkok, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan posisi kami saat ini. Kami membutuhkan waktu lebih dari tiga dekade," tegas dia.
Perusahaan juga telah membuat kemajuan yang baik dalam mengkonsolidasikan operasi Credit Suisse, sehingga menempatkannya pada posisi yang baik untuk menangkap peluang di masa depan.
UBS, yang belum menggabungkan entitas Credit Suisse di Tiongkok, perlu menjual usaha sekuritas tersebut karena mereka sudah mengendalikan satu perusahaan di negara tersebut dan tidak dapat memiliki dua lisensi untuk bisnis yang sama.
"UBS sedang mendiskusikan opsi dengan regulator Tiongkok untuk menjalankan bisnis sekuritas dalam negeri Credit Suisse," ujar Qian.