Presiden Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing, Penpa Tsering. (AP Photo/Ashwini Bhatia)
Willy Haryono • 23 October 2023 13:39
Virginia: Penpa Tsering, presiden dari Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing (CTA), melakukan kunjungan ke Charlottesville dan Virginia, Amerika Serikat pada pertengahan Oktober. Ia memberikan pidato kepada jajaran pemuda Tibet sebagai bagian dari tur resminya ke Amerika Utara.
Berbicara kepada para pemuda, Sikyong -- sebutan untuk presiden Tibet -- menggarisbawahi komitmen utama Kashag atau Dewan Penasihat Tibet ke-16. Ia memberikan informasi terkini mengenai apa yang telah dicapai pemerintahannya hingga saat ini dan menguraikan berbagai program serta kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang.
Sikyong menegaskan kembali bahwa salah satu komitmen utamanya selama kunjungan resmi ke komunitas Tibet di seluruh dunia adalah mengadakan sesi interaktif dengan kaum muda dalam rangka menerima ide dan masukan dari mereka. Ia menjelaskan tentang perjalanan perdananya ke Amerika Latin baru-baru ini, dan pertemuan berturut-turut yang dilakukan dengan para pemimpin politik, anggota parlemen, dan mahasiswa.
Mengutip dari laman Central Tibetan Administration, Senin, 23 Oktober 2023, Sikyong menjelaskan bahwa dirinya bermaksud untuk mencoba dan menjangkau lebih banyak negara Amerika Latin selama masa jabatannya demi menciptakan kesadaran akan isu Tibet dan kewaspadaan terhadap dampak dari semakin besarnya pengaruh Tiongkok di Amerika Latin.
Sikyong lebih lanjut berbicara mengenai berbagai topik, yang utamanya menekankan mengenai pentingnya isu Tibet di ranah global. Ia berbicara tentang signifikansi geo-politik Tibet untuk menegaskan kembali mengapa resolusi damai konflik Tiongkok-Tibet merupakan faktor penentu dalam membangun perdamaian dan stabilitas di antara negara-negara tetangga Tiongkok. Ia menyoroti kurangnya kredibilitas klaim Tiongkok atas Tibet dan menyatakan bahwa pihak Tibet tidak mengupayakan kemerdekaan.
Selain itu, Sikyong juga menegaskan bahwa pendirian politik Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing dalam menyelesaikan status quo Tibet di bawah pendudukan Tiongkok selalu merupakan Pendekatan Jalan Tengah di mana warga Tibet memiliki kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Jika dan ketika diperlukan perubahan kebijakan di masa mendatang, Sikyong mengatakan hal itu hanya dapat dilakukan melalui "proses referendum" oleh masyarakat umum. Meski pendirian politik CTA tetap tidak berubah, Sikyong menyebutkan bahwa strateginya telah direformasi menjadi strategi yang secara aktif mengupayakan pengakuan bagi Tibet sebagai negara yang secara historis merdeka demi menghentikan propaganda Tiongkok yang menyebar luas dan mempertahankan pengaruh politik Pendekatan Jalan Tengah.