Perbankan Perlu Ini untuk Perkuat Keuangan Berkelanjutan

Ilustrasi perbankan berkelanjutan. Foto: UBA Group.

Perbankan Perlu Ini untuk Perkuat Keuangan Berkelanjutan

Media Indonesia • 19 June 2024 17:56

Jakarta: Peran three lines of defense atau pertahanan tiga lapis sangat penting dalam menerapkan praktik keuangan berkelanjutan (sustainability finance). Namun berdasarkan asesmen WWF dalam Laporan Sustainable Banking Assessment (Susba) pada 11 bank di Indonesia, baru 41 persen three lines of defense yang diungkap (disclose).

Sustainable Finance Program Lead WWF Indonesia Rizkia Sari Yudawinata menjelaskan, three lines of defense adalah mereka yang ada di garis depan (first liner), antara lain relation manager, pihak risk assessment, dan mereka yang melakukan pemantauan dari penerapan kebijakan dan implementasi seperti auditor internal.

"Ketika kita melakukan manajemen risiko ESG (environmental, social, governance), proses melakukan keputusan bisnis, yang penting itu three lines of defense," kata Rizkia dalam media briefing di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.

Ia menjelaskan, ada dua indikasi terkait baru ada 41 persen three lines of defense perbankan yang dibuka. Pertama, angka tersebut bisa dilihat sebagai sebuah progres jika disandingkan dengan bank-bank early adopter yang perjalanan sustainable finance-nya sudah 20 tahun ke atas.

"Artinya, kita bisa melihat pemahaman implementasi untuk menerapkan sustainable banking itu membutuhkan waktu," ujar Rizkia.

Di sisi lain, ruang untuk tumbuhnya masih cukup besar jika merujuk pada target net zero emission. "Artinya kita bisa melihat perbankan perlu meningkatkan improvement dari sisi three lines of defense agar implementasinya lebih efektif," jelas dia.
 
Baca juga: Luhut Sebut Sektor Transportasi Jadi Salah Satu Pilar Transisi Energi

Bisa mulai dengan kalkulasi emisi


Selain melalui Susba, lanjut Rizkia, sejumlah alat ukur bisa digunakan untuk melihat perkembangan ESG secara keseluruhan. Perbankan bisa mulai dengan melakukan kalkulasi emisinya, misalnya dari portofolio atau sektor-sektor yang dibiayainya.

Kedua adalah bagaimana perbankan bisa melakukan analisis stress test dari skenario-skenario yang dikembangkan di market. "Misalnya di market sudah ada skenario untuk transisi energi, untuk power sector skenarionya seperti apa," kata Rizkia.

"Untuk mencapai net zero yang penting adalah rencana aksinya supaya mereka (perbankan) bisa mencapai target net zero yang diinginkan dengan metodologi yang sifatnya scientific based," pungkas dia.

Pada kesempatan yang sama, Chief Conservation Officer Dewi WWF Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki menjelaskan, Susba adalah tools yang dibuat oleh WWF untuk menilai performa keberlanjutan dari perbankan.

"Saat ini kami sudah melakukan asesmen untuk tahun laporan 2022. Ada 39 bank di ASEAN yang ikut serta dalam asesmen ini dan 10 bank besar di Korea dan Jepang, jadi ada 49 bank dari delapan negara. Di Indonesia ada 11 bank. Dari 11 bank yang kita ikuti, ternyata tiga bank itu sudah punya target untuk net zero 2030," papar dia.

Tujuan dari Susba Report, kata Dewi, adalah WWF global betul-betul ingin melihat bagaimana sustainable financing bisa mendarat dengan baik dan mulus dan membantu kehidupan orang banyak.

(IHFA FIRDAUSYA)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)