Ilustrasi perbankan berkelanjutan. Foto: UBA Group.
Jakarta: Peran
three lines of defense atau pertahanan tiga lapis sangat penting dalam menerapkan praktik keuangan berkelanjutan (
sustainability finance). Namun berdasarkan asesmen WWF dalam Laporan Sustainable Banking Assessment (Susba) pada 11 bank di Indonesia, baru 41 persen
three lines of defense yang diungkap (
disclose).
Sustainable Finance Program Lead WWF Indonesia Rizkia Sari Yudawinata menjelaskan,
three lines of defense adalah mereka yang ada di garis depan (
first liner), antara lain
relation manager, pihak
risk assessment, dan mereka yang melakukan pemantauan dari penerapan kebijakan dan implementasi seperti auditor internal.
"Ketika kita melakukan manajemen risiko ESG (
environmental, social, governance), proses melakukan keputusan bisnis, yang penting itu
three lines of defense," kata Rizkia dalam media briefing di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.
Ia menjelaskan, ada dua indikasi terkait baru ada 41 persen
three lines of defense perbankan yang dibuka. Pertama, angka tersebut bisa dilihat sebagai sebuah progres jika disandingkan dengan bank-bank
early adopter yang perjalanan
sustainable finance-nya sudah 20 tahun ke atas.
"Artinya, kita bisa melihat pemahaman implementasi untuk menerapkan
sustainable banking itu membutuhkan waktu," ujar Rizkia.
Di sisi lain, ruang untuk tumbuhnya masih cukup besar jika merujuk pada target
net zero emission. "Artinya kita bisa melihat perbankan perlu meningkatkan
improvement dari sisi
three lines of defense agar implementasinya lebih efektif," jelas dia.
Bisa mulai dengan kalkulasi emisi
Selain melalui Susba, lanjut Rizkia, sejumlah alat ukur bisa digunakan untuk melihat perkembangan ESG secara keseluruhan. Perbankan bisa mulai dengan melakukan kalkulasi emisinya, misalnya dari portofolio atau sektor-sektor yang dibiayainya.
Kedua adalah bagaimana perbankan bisa melakukan analisis
stress test dari skenario-skenario yang dikembangkan di
market. "Misalnya di
market sudah ada skenario untuk
transisi energi, untuk
power sector skenarionya seperti apa," kata Rizkia.
"Untuk mencapai
net zero yang penting adalah rencana aksinya supaya mereka (perbankan) bisa mencapai target
net zero yang diinginkan dengan metodologi yang sifatnya
scientific based," pungkas dia.
Pada kesempatan yang sama, Chief Conservation Officer Dewi WWF Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki menjelaskan, Susba adalah tools yang dibuat oleh WWF untuk menilai performa keberlanjutan dari perbankan.
"Saat ini kami sudah melakukan asesmen untuk tahun laporan 2022. Ada 39 bank di ASEAN yang ikut serta dalam asesmen ini dan 10 bank besar di Korea dan Jepang, jadi ada 49 bank dari delapan negara. Di Indonesia ada 11 bank. Dari 11 bank yang kita ikuti, ternyata tiga bank itu sudah punya target untuk
net zero 2030," papar dia.
Tujuan dari Susba Report, kata Dewi, adalah WWF global betul-betul ingin melihat bagaimana
sustainable financing bisa mendarat dengan baik dan mulus dan membantu kehidupan orang banyak.
(IHFA FIRDAUSYA)