Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id
Devi Harahap • 28 November 2024 18:31
Jakarta: Pilkada Serentak 2024 di wilayah Jakarta diwarnai dengan tingginya angka golongan putih (golput). Angka partisipasi pemilih pada Pilgub DKI Jakarta 2024 hanya 4.357.512, sedangkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 8.214.007. Artinya, partisipasi pemilih di Jakarta ada di angka 53,05 persen atau yang golput mencapai 46,95 persen.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Haykal mengatakan ada beberapa faktor penyebab rendahnya partisipasi warga Jakarta dalam Pilkada 2024. Salah satunya karena ada kejenuhan yang timbul di masyarakat lantaran dihadapkan pada dua pemilihan dalam rentang waktu berdekatan.
“Artinya pemilih yang menyuarakan hak pilihannya itu kemudian tidak menjadi mayoritas. Menurut analisis kami, salah satu faktornya adalah adanya kejenuhan yang mungkin terjadi. Kejenuhan itu disebabkan karena jarak waktu pemilihan Pilpres-Pileg dan Pilkada terlalu berdekatan,” ujarnya kepada Media Indonesia di Jakarta, Kamis, 28 November 2024.
Menurut Haykal, penurunan partisipasi tersebut juga diperparah dengan perilaku dan moral elite politik hingga pejabat negara yang sudah tidak memiliki rasa segan, malu dalam cawe-cawe, dan secara terang-terangan menunjukkan keberpihakan terhadap salah satu kandidat atau paslon di Pilkada 2024.
Selain itu, Haykal menilai bahwa tingginya angka golput di Jakarta menandakan adanya kegagalan mesin partai politik dalam menyuguhkan para calon yang dibutuhkan masyarakat. Menurutnya, pola itu sudah terbaca sejak awal pendaftaran paslon.
“Apalagi pasca penetapan pasangan calon di DKI Jakarta, muncul gerakan coblos tiga paslon. Artinya ada gerakan-gerakan di masyarakat yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap calon-calon yang tersedia, sehingga masyarakat melihat tidak ada yang bisa dipilih di dalam calon-calon yang tersedia,” jelasnya.
Baca:
Perludem Temukan Dugaan Politik Uang di Pilkada Jakarta, Jateng, dan Sumut |