Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 31 December 2024 15:05
Jakarta: Aksi mogok pekerja di Amerika Serikat (AS) pada 2024 mencatat peningkatan signifikan. Berbagai sektor, dari industri kopi hingga pelabuhan, mengalami protes yang dipicu oleh tuntutan kenaikan upah, perbaikan kondisi kerja, dan kekhawatiran terhadap otomatisasi.
Melansir Xinhua, Selasa, 31 Desember 2024, berdasarkan data dari Labor Action Tracker, sebuah database yang dikelola oleh Cornell University School of Industrial and Labor Relations, tercatat 334 aksi mogok di 515 lokasi hingga akhir Desember 2024.
Tren ini menunjukkan peningkatan yang berkelanjutan dalam aktivitas mogok pekerja dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu aksi mogok yang paling menonjol terjadi di Starbucks pada Malam Natal. Lebih dari 5.000 pekerja dari 300 toko di 45 negara bagian melakukan mogok kerja, yang merupakan aksi mogok terbesar dalam sejarah perusahaan kopi tersebut.
Para pekerja menuntut upah yang lebih tinggi dan jadwal kerja yang adil, serta mengkritik praktik kompensasi eksekutif perusahaan, khususnya paket kompensasi CEO Brian Niccol sebesar USD113 juta.
Beberapa hari sebelum mogok kerja di Starbucks, Amazon juga menghadapi aksi mogok kerja yang digambarkan oleh para pekerja sebagai aksi mogok terbesar selama musim belanja Natal.
Serikat pekerja melaporkan hampir 10 ribu pekerja bergabung dalam gerakan ini untuk menuntut upah yang lebih tinggi dan peningkatan keselamatan kerja. Namun, Amazon membantah angka tersebut, dengan menyatakan bahwa para pekerja yang mogok bukanlah karyawan Amazon.
Aksi mogok 33 ribu teknisi Boeing
Sektor manufaktur juga terkena dampak aksi mogok ketika sekitar 33 ribu teknisi Boeing melakukan mogok selama tujuh minggu pada September. Serikat pekerja mereka menerima tawaran kontrak pada November, dan para pekerja yang mogok kembali bekerja.
Aksi mogok ini, yang melibatkan pekerja yang merakit pesawat 737 Max terlaris di Washington, menambah tantangan bagi Boeing di tahun yang penuh gejolak.
Perdagangan maritim menghadapi gangguan besar pada Oktober ketika hampir 50 ribu anggota International Longshoremen's Association (ILA) melakukan mogok kerja di pelabuhan Pantai Timur dan Teluk, yang mempengaruhi arus impor dan ekspor dari Maine hingga Texas.
Industri perhotelan juga tidak luput dari aksi mogok kerja. Sekitar 10 ribu
pekerja hotel melakukan mogok kerja di beberapa tujuan wisata utama pada September. Aksi mogok ini memengaruhi 24 hotel yang dioperasikan oleh Marriott, Hilton, dan Hyatt di kota-kota seperti San Francisco, San Diego, Honolulu, Boston, dan Seattle.
Serikat pekerja hotel, Unite Here, menyoroti masalah kekurangan staf, dengan tiga anggota staf sering kali melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh empat orang.
Beberapa faktor berkontribusi terhadap lonjakan aktivisme buruh. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan petisi perwakilan serikat pekerja meningkat dua kali lipat dari 1.638 pada tahun fiskal 2021 menjadi 3.286 pada tahun fiskal 2024.
Labor Notes, sebuah organisasi dan jaringan untuk anggota serikat pekerja tingkat bawah dan aktivis buruh akar rumput, menyatakan serikat pekerja terus menjadi lebih populer daripada kapanpun sejak 1960-an, dengan persetujuan publik mencapai 70 persen.
Masifnya otomatisasi
Selain itu, kondisi ekonomi memainkan peran penting dalam mendorong aksi mogok kerja. Tingkat pengangguran tetap rendah, memberi pekerja lebih banyak
leverage dalam negosiasi.
Munculnya pekerjaan jarak jauh dan kekhawatiran tentang penggantian teknologi telah menambahkan dimensi baru pada negosiasi tenaga kerja, karena pekerja mencari perlindungan terhadap kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi dan kemajuan kecerdasan buatan.
Masalah ini menjadi sangat mendesak di industri yang sedang mengalami transformasi teknologi yang cepat.
Hal ini terlihat dalam perselisihan pekerja pelabuhan baru-baru ini, di mana otomatisasi menjadi isu utama. ILA mengatakan otomatisasi di pelabuhan akan merugikan beberapa anggotanya.
Selain itu, gerakan reformasi dalam serikat pekerja juga telah menyebabkan ancaman mogok kerja yang efektif.
Dengan batas waktu 15 Januari yang semakin dekat untuk menyelesaikan perselisihan otomatisasi di pelabuhan Pantai Timur dan Teluk, ketegangan tetap tinggi, meningkatkan kemungkinan gangguan pelabuhan yang signifikan di tahun baru. (Laura Oktaviani Sibarani)