Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Atalya Puspa • 22 February 2024 19:30
Jakarta: Fenomena cuaca ekstrem berupa angin puting beliung yang terjadi di Rancaekek, Jawa Barat, pada 21 Februari 2024, harus menjadi pembelajaran untuk lebih meningkatkan peringatan dini. Sehingga, tidak menimbulkan dampak yang besar.
“Perubahan iklim ataupun krisis iklim yang dihadapi dunia saat ini, salah satu dampaknya adalah frekuensi kejadian cuaca ektrem yang mengalami peningkatan kejadian. Karenanya, BMKG harus siap untuk mitigasi bencana terkait cuaca dan iklim dalam hal early warning system dengan alat yang mereka punyai,” kata pakar iklim dari Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani saat dihubungi, Kamis, 22 Februari 2024.
Emilya menjelaskan, hal yang menyebabkan angin kencang sering terjadi ialah akibat suhu permukaan lahan yang semakin panas. Kondisi tersebut terjadi karena luasan daerah yang terbangun bertambah setiap tahunnya.
Menurut Emilya, beberapa negara yang telah memiliki early warning system yang mumpuni ialah Amerika Serikat dan Jepang. Namun, ia mengakui, tidak bisa membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju tersebut.
Menurut dia, ada banyak faktor yang menjadi pembeda. Salah satunya faktor yang memengaruhi cuaca dan iklim di Indoneisa lebih bervariasi dan kompleks dibanding dengan subtropis dan subpolar.
Baca juga:
Total 6 Kecamatan di Bandung dan Sumedang Terdampak Bencana Puting Beliung |