Pupuk Indonesia Beri Penghargaan Petani di Ajang Svarna Bhumi Award 2024

Pupuk Indonesia menggelar ajang penghargaan Svarna Bhumi Award 2024 pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Pupuk Indonesia Beri Penghargaan Petani di Ajang Svarna Bhumi Award 2024

Patrick Pinaria • 9 September 2024 15:24

Jakarta: Nasib para petani di Tanah Air mulai mendapat banyak perhatian. Berbagai upaya dilakukan untuk mengapresiasi perjuangan mereka karena sudah berkontribusi untuk sektor pertanian sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. 
 
Upaya tersebut salah satunya dilakukan oleh PT Pupuk Indonesia (Persero). Begitu pedulinya terhadap perjuangan para petani, BUMN yang bergerak di bidang produksi pupuk dan bahan kimia ini memberikan apresiasi mereka dengan menggelar ajang penghargaan Svarna Bhumi Award 2024 pada Kamis, 29 Agustus 2024.
 
"Ini adalah bentuk penghargaan kepada para pahlawan pangan. Kita tahu tidak ada bangsa yang bisa eksis, bisa terus ada tanpa kecukupan pangan. Ini adalah bentuk apresiasi kita kepada pahlawan-pahlawan pangan, yaitu orang-orang yang sudah berbuat begitu banyak kebaikan, begitu banyak inovasi di bidang pertanian. Kita membutuhkan orang-orang seperti itu," ujar Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi dalam konferensi pers usai penyelenggaraan Svarna Bhumi Award 2024, Kamis, 29 Agustus 2024.
 
Menurut Rahmad, apresiasi untuk para petani ini sangat penting dilakukan. Bukan hanya sekadar memberi apresiasi, tetapi dapat memberikan motivasi masyarakat untuk semangat bertani demi ketahanan pangan nasional. Sebab, menurutnya, ketahanan pangan ini perlu dijaga karena menjadi bagian dari fondasi bangsa.
 
"Mudah-mudahan dengan kita mengapresiasi karya-karya mereka, memanggungkan, mempertontonkan inovasi mereka bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat luas supaya semakin banyak orang yang mau terjun ke dunia pertanian," lanjut Rahmad.
 

Baca juga: Svarna Bhumi 2024: Berikan Dampak Konkret, Pupuk Indonesia Apresiasi Petani Inspiratif sebagai Pahlawan Pangan


"Karena sekali lagi pangan itu adalah fondasinya bangsa. Tanpa pangan tidak mungkin bangsa ini bisa ada dan ini adalah bagian dari inisiatifnya Pupuk Indonesia untuk bisa berkontribusi pada ketahanan pangan nasional," tuturnya.
 
Inisiasi Pupuk Indonesia menyelenggarakan Svarna Bhumi Award 2024 mendapat apresiasi dari Pendiri Yayasan Benih Baik Andy F. Noya yang juga menjadi juri dalam ajang ini. Ia pun merasakan pentingnya ajang ini diselenggarakan untuk membangkitkan motivasi para pemuda untuk berkontribusi dalam sektor pertanian. 
 
Perkembangan sektor pertanian di Indonesia saat ini pun sudah dirasakan Andy. Mengingat, ia saat ini juga tinggal di desa.
 
"Saya sekarang tinggal di desa. Jadi saya bisa merasakan juga bangkitnya minat semangat anak-anak muda untuk kembali ke desanya. Mereka sekarang sudah belajar banyak melalui media sosial, melalui teknologi bahwa apa yang dulu mungkin sulit dikerjakan oleh orang tua mereka, kakek mereka atau buyut-buyut mereka itu ternyata sekarang dimudahkan oleh teknologi, dimudahkan oleh ilmu pengetahuan," kata Andy.


 

6 Penghargaan untuk Pejuang Pangan

 
Melalui Svarna Bhumi 2024, Pupuk Indonesia memberikan penghargaan kepada para pahlawan pangan. Tidak hanya berprofesi sebagai petani tapi juga profesi lainnya seperti pengusaha tani sampai aktivis perempuan. 
 
Total, ada enam penghargaan yang diberikan dalam ajang ini. Salah satu di antaranya menerima special achievement.
 
Mereka terpilih sebagai penerima penghargaan ini karena dinilai konsisten telah mengembangkan inovasi di sektor pertanian selama 2-3 tahun terakhir. Tidak hanya berinovasi, penerima penghargaan ini juga memberikan dampak positif yang signifikan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap industri pertanian nasional.
 
Salah satu di antaranya yang menerima penghargaan ini adalah Sandi Octa Susila. Pemuda kelahiran Cianjur ini telah berkontribusi dalam pangan nasional melalui sektor usahanya di dunia pertanian. Sandi telah mengelola 120 hektare lahan sayuran sekaligus memberdayakan 373 petani, serta 50 karyawan di usahanya. 
 
"Terima kasih banyak. Puji syukur kepada Allah SWT karena tentunya dengan diberikannya penghargaan Svarna Bhumi Award ini tentu menjadi satu bentuk dukungan. Pemerintah dan Pupuk Indonesia memberikan ruang kepada anak muda melalui penghargaan hari ini pada orang-orang yang berdedikasi dalam pekerjaan sunyinya di sektor pertanian," ujar Sandi.
 
Sandi pun menilai penghargaan ini sangat penting. Terutama menjadi penambah motivasi untuk terus berinovasi dalam usahanya ke depannya. 
 
"Dengan mendapatkan beberapa penghargaan, termasuk Svarna Bhumi, ini menjadi penyemangat dan harapan baru bahwa yakinlah pemerintah memberikan perhatian yang besar. Tadi disampaikan menghargai orang-orang yang bekerja dalam sunyi dan tentu insya Allah inovasi-inovasi ke depan kita semakin semangat, dengan adanya penghargaan ini," tutur Sandi.
 
Ungkapan bahagia juga dilontarkan petani asal Nusa Tenggara Timur, Wilhelmina Mali Dappa. Ia bahagia karena perjuangannya dalam memajukan pertanian mendapat perhatian.
 
"Sebagai petani, kami merasa luar biasa sekali menerima penghargaan ini. Sebagai petani, saya merasa kecil, tapi ketika berada di sini, puji Tuhan saya merasa bangga dengan hal yang terjadi ini. Terima kasih, sekali lagi. Penghargaan ini saya persembahkan untuk ibu saya, suami, anak, dan cucu saya," ujar Wilhelmina.
 
Ungkapan bahagia turut diungkapkan Ulus Pirmawan usai menerima penghargaan. Petani asal Lembang tersebut menilai penghargaan ini dapat memberi motivasi bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga anak-anak muda terjun ke sektor pertanian.
 
Baca juga: Pupuk Indonesia Dukung Program Konversi Motor Listrik

 
"Pesan yang saya sampaikan semoga pertanian Indonesia lebih maju untuk ke depannya dan menjadi motivasi bagi anak-anak muda, terutama bagi kaum milenial. Dengan adanya penghargaan Svarna Bhumi, saya yakin bisa memotivasi bagi seluruh anak-anak muda yang ada di Indonesia terjun ke sektor pertanian. Karena pertanian itu sangat luar biasa dan sangat menjanjikan," kata Ulus.
 
Menurut Ulus, banyak tantangan yang dihadapi para petani saat ini. Terutama terkait dengan pemasaran. Ia percaya para petani harus bisa menggunakan teknologi untuk bisa melakukan pemasaran lebih luas untuk memajukan pertanian di Indonesia.
 
"Kenapa sih masalah pemasaran? Kita itu selalu dibenturkan dengan impor. Karena kita harus paham juga dengan adanya pasar global, pasti kita harus berani bersaing dengan produk-produk impor. Nah makanya di sini saya tekankan untuk petani-petani sekarang, gimana caranya bisa menekan biaya produksi. Supaya harga di pasaran itu tidak dijual mahal. Jadi bisa bersaing dengan produk yang dari luar, terutama dari sisi harga," katanya.
 
"Mudah-mudahan dengan ada anak-anak muda yang ngerti dengan teknologi, memasarkannya itu bisa via online atau bisa langsung ke konsumen. Tidak ke pasar-pasar induk atau pasar-pasar yang modern. Bisa langsung nyampe ke konsumen dan itu bisa sangat menjanjikan untuk kita bersaing di harga," lanjutnya.
 
Tantangan ini tentu juga dirasakan dirinya yang saat ini. Namun, hal itu tak membuatnya patah semangat. 
 
"Dengan adanya penghargaan, Insya Allah, kita juga terus mengembangkan pasar, membuka ruang pasar. Tidak hanya untuk ke Singapura, mungkin ke depannya dari Malaysia. Besok tanggal 5 September, ada orang dari Malaysia ke kebun. Semoga bisa membuka ruang pasar yang lebih banyak lagi, karena intinya petani itu butuh pasar, pasar yang pasti dan terstruktur," tuturnya.
 
Sementara itu, penghargaan juga diterima oleh salah satu petani perempuan asal Gunungkidul, Suparjiyem. Ia tak menyangka upayanya sebagai petani mendapat perhatian.
 
"Saya sangat bangga dan saya sangat bersyukur kepada Allah SWT. Sosok seorang petani, sosok seorang ibu rumah tangga yang hanya setiap harinya bertani, menggeluti tanah dan lumpur bisa dijunjung derajat saya dan bisa masuk dalam tayangan penghargaan ini. Saya mengucapkan banyak terima kasih dan luar biasa menurut saya. Mudah-mudahan ilmu atau penghargaan ini akan menjadi pemicu semangat saya dan untuk teman-teman petani yang lain," katanya.
 
Suparjiyem mengaku banyak menghadapi tantangan dalam menjalani profesinya. Terutama terkait dengan iklim tak menentu yang membuatnya sulit mendapatkan sumber air.
 
"Di daerah saya sumber airnya hanya tadah hujna. Tadah hujan prediksinya atau ramalannya akan beda jauh dengan zaman dulu. Kalau zaman sekarang katakanlah kalau bulan Oktober itu biasanya musim hujan, tetapi sekarang belum tentu musim hujan. Kemarin sampai Februari baru musim hujan," katanya.
 
"Harapan saya mohon untuk ditingkatkan, yang pertama listrik masuk sawah, yang kedua air bawah tanah itu mohon banyak-banyak diangkat ke atas bumi biar untuk irigasi atau pertanian," tuturnya.
 
Namun, tantangan ini tak membuatnya patah semangat. Ke depannya, ia juga akan terus melakukan inovasi-inovasi untuk memajukan pertanian di wilayahnya.
 
"Cita-cita saya ke depannya akan memperbaiki apa yang sudah saya lakukan. Harapan saya teman-teman yang lain itu kalau menimba ilmu atau belajar bersama dengan saya, saya sudah punya fasilitas yang kiranya nanti layak dan bisa saya tunjukkan kepada mereka bahwa saya bisa dan hasil dari pertanian saya, saya mampu melakukan sesuatu yang bisa untuk ditiru oleh banyak kalangan," jelasnya.
 
Komitmen yang sama juga diungkapkan Jarawanto Tri Anggoro. Setelah mendapat penghargaan, petani asal Sragen itu berpesan agar para petani lainnya dapat terus semangat menjalani profesinya, terutama untuk generasi petani muda.
 
"Jadi dalam pertanian ini tentunya kita selaku anak muda jangan takut hitam, jangan takut panas. Intinya selalu berproses, lakukan dengan hati. Yang jelas pertanian itu adalah suatu pekerjaan yang menjanjikan masa depan," tuturnya.
 
Pesan serupa juga disampaikan Gestianos Sino. Ia meminta agar para petani untuk tidak menyerah meskipun menghadapi tantangan-tantangan. 
 
"Kalau pesan untuk petani muda, selalu saya sampaikan bahwa bertani itu tidak pernah mengkhianati hasil kalau dikerjakan sungguh-sungguh. Bertani itu tidak butuh pikir. Bertani itu pakai berbuat. Jadi dia harus bergerak. Kalau cara menyangkul saja kita pakai pikir, sampai 10 tahun pun terjadi. Kalau kita langsung bergerak, cangkul caranya kayak gini," katanya.
 
Ia telah menerima penghargaan spesial dalam ajang ini. Apresiasi ini diberikan karena perjuangannya yang besar dalam sektor pertanian di wilayahnya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 
 
"Kalau untuk daerah saya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya Pulau Timur itu daerah berbatu karang. Kita tidak bisa menggunakan alat pertanian pakai cangkul atau pakai tova, dia harus pakai linggi atau eksal. Lalu kita di sana itu satu tahun itu curah hujan hanya 2-3 bulan," jelasnya.
 
Ke depannya, ia akan terus melakukan terobosan untuk memajukan pertanian di wilayahnya. Ia juga akan terus memberikan perhatian dengan memberikan edukasi kepada kelompok tani binaannya.
 
"Bahwa pertanian itu sebenarnya suatu model di mana kita lakukan sungguh-sungguh, kita cuma dapat penghargaan-penghargaan yang sama seperti ini. Intinya bahwa kita mau kerja secara serius," tuturnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Rosa Anggreati)