Ahmed al-Sharaa Klaim Suriah Tidak Akan Menjadi Ancaman bagi Dunia

Pemimpin de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa. Foto: Anadolu

Ahmed al-Sharaa Klaim Suriah Tidak Akan Menjadi Ancaman bagi Dunia

Fajar Nugraha • 20 December 2024 01:20

Damaskus: Pemimpin de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa menyatakan bahwa negaranya telah lelah oleh konflik berkepanjangan dan tidak lagi menjadi ancaman bagi negara-negara tetangganya maupun dunia Barat.
 
Dalam wawancara dengan BBC, ia juga menyerukan pencabutan sanksi internasional yang masih membelenggu Suriah.

"Setelah semua yang terjadi, sanksi harus dicabut. Korban dan pelaku kejahatan tidak boleh diperlakukan sama," ujar al-Sharaa, seperti dilansir dari BBC, Kamis 19 Desember 2024.

Al-Sharaa, yang juga memimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dalam aliansi pemberontak, sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani. HTS, yang awalnya berafiliasi dengan al-Qaeda sebelum memisahkan diri pada 2016, saat ini masih dianggap sebagai organisasi teroris oleh PBB, AS, Uni Eropa, dan Inggris. Namun, al-Sharaa bersikeras bahwa HTS bukanlah kelompok teroris.

"Kami tidak pernah menargetkan warga sipil atau area sipil," tegasnya. 

Ia mengklaim bahwa HTS adalah korban kejahatan rezim Assad dan bahwa tuduhan ekstremisme terhadap kelompoknya tidak berdasar. Al-Sharaa juga menolak anggapan bahwa Suriah akan menjadi seperti Afghanistan di bawah kepemimpinannya. 

"Suriah dan Afghanistan sangat berbeda. Tradisi kami berbeda. Afghanistan adalah masyarakat kesukuan, sementara di Suriah, cara berpikir kami berbeda," ungkap Al-Sharaa.

Pemimpin HTS ini juga menegaskan dukungannya terhadap pendidikan bagi perempuan. "Kami memiliki universitas di Idlib selama lebih dari delapan tahun, dan saya pikir persentase perempuan yang belajar di universitas lebih dari 60%," jelas Al-Sharaa.

Ketika ditanya tentang legalisasi konsumsi alkohol, Al-Sharaa menghindari memberikan jawaban tegas.  "Ada banyak hal yang bukan hak saya untuk bicarakan karena itu adalah masalah hukum," kata Al-Sharaa. 

Ia menambahkan bahwa konstitusi baru Suriah akan ditulis oleh komite ahli hukum, dan setiap pemimpin atau presiden harus tunduk pada hukum tersebut.

Dalam wawancara itu, al-Sharaa tampil santai dengan mengenakan pakaian sipil, berusaha menenangkan kekhawatiran pihak-pihak yang meragukan klaim HTS telah meninggalkan masa lalu ekstremisnya. Namun, banyak warga Suriah masih skeptis.

Tindakan yang diambil oleh para penguasa baru Suriah dalam beberapa bulan mendatang akan menjadi indikator utama tentang arah masa depan negara tersebut, serta cara mereka memimpin di bawah konstitusi yang baru. (Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)