Ilustrasi green refinery. Foto: Dokumen Pertamina
Annisa Ayu Artanti • 14 July 2023 18:38
Jakarta: PT Kilang Pertamina Internasional akan mengembangkan kilang-kilang yang beroperasi saat ini untuk menghasilkan produk-produk yang lebih ramah lingkungan.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman menyampaikan perusahaan akan mengembangkan green fuels dari green refinery sebagai komitmen dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 yakni 'Energi Bersih dan Terjangkau', serta sejalan dengan komitmen Kilang Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Net Zero Emission (NZE) 2060.
"Green refinery Pertamina merupakan komitmen Kilang Pertamina untuk memproduksi bahan bakar yang berkualitas dan ramah lingkungan," ujar Taufik dalam keterangan tertulis, Jumat, 14 Juli 2023.
Taufik menjelaskan, pengembangan green refinery merupakan inisiatif strategis dalam mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional 2025 untuk dapat menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku terbarukan (renewable feedstock).
Bahan baku yang diolah di kilang Pertamina antara lain minyak kelapa sawit/Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan ke depan dapat juga dikembangkan untuk mengolah minyak jelantah/Used Cooking Oil (UCO) menjadi biofuels.
Upaya pengembangan green refinery di kilang Pertamina sudah dilakukan di kilang Cilacap yang berhasil mengolah green fuel dengan kapasitas tiga KBPD dari feedstock RBDPO atau minyak kelapa sawit yang telah dijernihkan menjadi produk green diesel 100 persen yaitu Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD).
"Pertamina RD saat ini telah dipasarkan di pasar domestik dan berkesempatan mendukung pemenuhan kebutuhan renewable power dari generator set (genset) untuk di acara EWTG G20, dan Formula E World Championship. Selain pasar domestik, Pertamina RD juga dipasarkan secara ekspor untuk pasar Eropa pada 2022," tuturnya.
Sementara itu, untuk produk green fuel lain yang dapat diproduksi melalui green refinery adalah Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk bahan bakar pesawat terbang (bioavtur) yang juga telah dilakukan uji coba terbang dengan sukses pada 2022 lalu dengan menggunakan CN235. Kemudian akan dilanjutkan dengan uji terbang komersial (commercial flight test) dalam waktu dekat untuk pengujian bioavtur (SAF) pada salah satu pesawat komersial dari maskapai BUMN terbesar di Tanah Air.
Taufik menambahkan, pengembangan green refinery akan terus dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi enam KBPD dengan varian feedstock yang lebih luas yaitu dapat mengolah hingga spesifikasi minyak jelantah/Used Cooking Oil (UCO).
Green Refinery Cilacap Fase 2 ditargetkan dapat onstream di 2026 untuk meningkatkan kualitas produk dan menurunkan emisi gas buang. Selain Cilacap pengembangan green refinery Plaju dengan kapasitas pengolahan 20 KPBD dapat memproduksi Pertamina RD (HVO), bioavtur (SAF), dan BioNaphta yang ditargetkan dapat selesai pada 2027.
Taufik juga merinci, roadmap pengembangan kilang Pertamina saat ini mengacu pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dengan kebutuhan Produk BBM diperkirakan akan terus meningkat hingga 2040.
Berdasarkan RUEN, maka roadmap pengembangan kilang Pertamina disusun berdasarkan kapasitas pengolahan dari 1,05 juta BPD menjadi 1,4 juta BPD, produksi BBM dari 700 KBPD menjadi 1,2 juta BPD. Lalu, produksi Petrokimia 1,6 juta Ton Per Annum menjadi 7,4 juta ton per Annum.
Hal tersebut juga terus mendukung kebutuhan BBM khususnya produksi solar dan avtur yang sepenuhnya diproduksi dari dalam negeri (sejak 2019 telah mandiri) dan menurunkan impor produk gasoline dari 60 persen menjadi sekitar 25 persen.
Dengan roadmap pembaharuan kilang-kilang Pertamina maka pengembangan yang dilaksanakan telah mempertimbangkan strategi yang berorientasi lingkungan dan produksi BBM ramah lingkungan setara dengan EURO V serta meningkatkan Nelson Complexity Index (NCI) atau kompleksitas kilang yang akan meningkat untuk dapat lebih banyak memproduksi valuable product.