Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Jakarta: Situasi yang penuh dengan tekanan di Tiongkok terus berlanjut. Sebab, perlambatan ekonomi Tiongkok semakin parah. Hal ini membuat pelaku pasar dan investor cukup gerah untuk terus menerus berada di sana dan berbondong-bondong menarik investasi dari Tiongkok.
Ditambah, minimnya bauran kebijakan fiskal dan moneter yang diberikan oleh pemerintah dan bank sentral. Kemarin, indeks saham di Tiongkok dibuka 5,5 persen lebih tinggi, karena ada beberapa dukungan dari pemerintahnya untuk mendorong perekonomian. Kenaikan itu menjadi kesempatan bagi investor asing untuk aksi jual lebih cepat.
Lalu menciptakan capital outflow terbesar dalam sehari. "Investor asing tampaknya lelah menunggu jawaban dan aksi nyata pemerintah dan bank sentral Tiongkok untuk mendorong perekonomiannya bangkit dan pulih," kata Associate director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, dikutip Mediaindonesia.com, Rabu, 30 Agustus 2023.
Stimulus yang diberikan Tiongkok minim
Minimnya stimulus yang diberikan oleh Tiongkok alih-alih ingin pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, justru menjadi alasan investor asing keluar meninggalkan Tiongkok. Akibat dana yang keluar besar, para pengambil kebijakan telah mendesak institusi seperti dana pensiun, bank, dan lembaga keuangan lainnya untuk meningkatkan porsi investasi dalam bentuk saham.
Hal itu untuk menopang penurunan pasar yang tengah terjadi. Bahkan regulator Tiongkok memangkas biaya penanganan transaksi saham agar mendorong peningkatan transaksi. Namun, hal tersebut tidak cukup dan masih kurang dari apa yang diinginkan oleh investor.
Upaya Tiongkok bisa dikatakan terlambat. Pasalnya pelaku pasar dan investor sudah menunggu aksi nyata regulator sejak lama, namun tidak ada yang terjadi. Pasar membutuhkan dukungan stimulus dalam bentuk jumlah besar sebagai komitmen pemerintah dan bank sentral menopang dan memulihkan perekonomian Tiongkok dari situasi dan kondisi yang ada.