Partai Move Forward keluar dari koalisi partai berkuasa. (AP)
Marcheilla Ariesta • 3 August 2023 21:58
Bangkok: Partai Move Forward yang memenangkan pemilu Thailand Mei lalu, resmi dikeluarkan dari koalisi partai-partai.
Negara ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu berada dalam ambang batas politik sejak pemilihan umum, yang mana Move Forward secara progresif muncul sebagai partai terbesar, disusul partai populis Pheu Thai.
Ketika mempersiapkan diri hadapi pemungutan suara parlemen Jumat, 4 Agustus 2023, Partai Pheu Thai mengumumkan akan mengajukan seorang pengusaha, Srettha Thavisin sebagai Perdana Menteri Thailand berikutnya.
“Pheu Thai dalam konsultasi dengan Move Forward akan menarik diri dari kerja sama dan akan melanjutkan pembentukan pemerintahan dan mencalonkan Srettha Thavisin sebagai perdana menteri,” ucap perwakilan Partai Pheu Thai, seperti dikutip Channel News Asia, Kamis 3 Agustus 2023.
Move forward memimpin upaya untuk membentuk pemerintahan berikutnya, di mana banyak pemilih menolak lebih dari satu dekade pemerintahan oleh militer dan pemerintah yang didukung militer.
Move Forward yang memimpin pembentukan pemerintahan berikutnya menuai kontra dari rakyat yang menolak pemerintahan oleh militer dan yang didukung militer menjabat lebih dari satu dekade. Namun Pita Limjaroenrat, yang terpilih menjadi perdana menteri oleh parlemen diblokir oleh lawan konservatif dan senat majelis tinggi yang ditunjuk militer.
Pertentangan kubu konservatif terhadap Move Forward berasal dari agenda progresifnya yang pandang kalangan loyalis-militer sebagai ancaman, khususnya janji untuk mengubah undang undang yang dikenal sebagai pasal 112.
Wakil Pemimpin Pheu Thai Phumtham Wechayachai mengatakan, pemerintah yang dipimpin oleh partainya tidak akan mendukung amandemen pasal 112, tetapi akan fokus pada penyelesaian masalah ekonomi dan politik.
Pemimpin Pheu Thai lainnya, Chonlanan Srikaew, juga buka suara pada konferensi pers di Bangkok, bahwa partainya tidak punya banyak pilihan selain memutuskan hubungan dengan sekutunya dalam menghadapi oposisi konservatif yang tidak dapat diatasi.
"Pheu Thai telah mendukung Move Forward dengan kemampuan penuh kami," kata Chonlanan.
Pada Rabu, beberapa ratus pendukung Move Forward berkumpul di Bangkok dengan mobil dan sepeda motor untuk unjuk rasa menentang dikeluarkannya partai tersebut dari upaya membentuk pemerintahan berikutnya.
Move Forward menjadi terkenal dengan dukungan dari banyak pemilih muda yang memprotes selama berbulan-bulan terhadap pemerintah yang didukung militer pada tahun 2020.
Seorang profesor dari Institute of Security and International Studies Universitas Chulalongkorn, Thitinan Pongsudhirak menyebut kemenangan Move Forward mencurigakan. Pasalnya partai ini dikenal sebagai "partai orang muda" namun berhasil memenangkan suara lintas generasi di seluruh negeri. Pongsudhirak justru khawatir dengan kemenangan ini.
“Ini adalah transformasi total negara. Maka dari itu, Move Forward menjadi ancaman bagi kemapanan,” jelasnya.
Prof Thitinan menegaskan, jika pembentukan Move Forward dianggap terlalu mengancam, partai tersebut masih bisa dibubarkan dan dibubarkan.
“Jika itu terjadi, kita akan melihat banyak protes di Thailand. Tetapi jika Move Forward menjadi oposisi, dan Pheu Thai membentuk pemerintahan dengan Palang Pracharat dan UTN (Partai Persatuan Bangsa Thailand) dan semua partai lainnya, itu seperti koalisi besar. Ini hampir seperti reuni Partai Thaksin Thai Rak Thai dari 20 tahun yang lalu,” pungkasnya. (Hillary Sitohang)