Korea Utara Sebut Kecelakaan Peluncuran Kapal Perang sebagai Tindakan Kriminal

Kapal perang Korea Utara sebelum diresmikan. Foto: Yonhap

Korea Utara Sebut Kecelakaan Peluncuran Kapal Perang sebagai Tindakan Kriminal

Fajar Nugraha • 23 May 2025 15:05

Chongjin: Korea Utara (Korut) mengumumkan pada Kamis 22 Mei 2025 bahwa sebuah "kecelakaan serius" terjadi dalam upacara peluncuran kapal perusak baru di galangan kapal kota pelabuhan Chongjin, yang terletak di timur negara itu. Insiden tersebut terjadi pada Rabu 21 Mei 2025 dan disaksikan langsung oleh pemimpin tertinggi Kim Jong-un.

Menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), kecelakaan itu dipicu oleh "komando yang belum berpengalaman dan kelalaian operasional" saat peluncuran. Kerusakan terjadi ketika bagian peluncur belakang tergelincir lebih dahulu dan terjebak, sementara kereta datar yang digunakan tidak bergerak secara paralel. 

Akibatnya, beberapa bagian bawah lambung kapal mengalami kerusakan berat, mengganggu keseimbangan kapal sehingga bagian haluan gagal meninggalkan lintasan peluncuran.

Melansir dari Yonhap News, Jumat 23 Mei 2025, Kim Jong-un menyaksikan seluruh rangkaian insiden dan secara terbuka menyebutnya sebagai “kecelakaan serius dan tindakan kriminal” yang disebabkan oleh “kelalaian mutlak, ketidaktanggungjawaban, dan empirisme tidak ilmiah yang melampaui batas kewajaran dan tidak dapat ditoleransi.”

Ia memerintahkan agar kapal perang tersebut segera diperbaiki dan restorasinya “diselesaikan tanpa syarat” sebelum pertemuan pleno Partai Buruh Korea (WPK) pada Juni. 

“Pemulihan kapal perusak ini bukan semata persoalan teknis, tetapi persoalan politik yang langsung berkaitan dengan otoritas negara,” tegasnya.

Media pemerintah Korea Utara tidak merilis foto-foto dari insiden tersebut. Namun, penyebutan insiden ini secara terbuka dan penempatannya di halaman depan surat kabar utama Rodong Sinmun menunjukkan tingkat keseriusan yang tinggi.

Reaksi internasional 

Sementara itu, juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan menilai pernyataan Kim yang menyebut adanya "kelalaian mutlak" dapat dimaknai sebagai upaya memperkuat disiplin internal melalui teguran keras. Ia juga menyebut bahwa kerusakan kemungkinan tidak terlalu parah dan masih dapat diperbaiki dalam waktu dekat.


Militer Korea Selatan (Korsel) juga mengamati insiden tersebut secara intensif. Kolonel Lee Sung-jun, Juru Bicara Kepala Staf Gabungan (JCS), mengatakan dalam konferensi pers bahwa Korea Utara tampaknya mengalami kegagalan dalam menerapkan teknik peluncuran samping.

“Kami menilai peluncuran samping kapal perang tersebut gagal,” ujar Lee Sung-jun, seraya menambahkan bahwa kapal perusak tersebut masih dalam kondisi sebagian terbalik di laut.

Sebelumnya, Korea Selatan dan Amerika Serikat telah melacak pergerakan kapal perang berukuran besar di pelabuhan Chongjin.

Kapal perang baru tersebut, yang dinamai Choe Hyon, diperkenalkan bulan lalu sebagai bagian dari upaya Korea Utara dalam memodernisasi kemampuan angkatan lautnya. Kapal dengan bobot 5.000 ton itu diklaim dilengkapi dengan rudal jelajah strategis supersonik, rudal balistik taktis, dan senjata serang lainnya.

Insiden ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai kesiapan teknis dan operasional militer Korea Utara di tengah upayanya memperkuat kekuatan maritim sebagai bagian dari ambisi strategis regional.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)