Diperketat! Tiongkok Wajibkan Konten Kreator Miliki Sertifikat

Ilustrasi Anadolu

Diperketat! Tiongkok Wajibkan Konten Kreator Miliki Sertifikat

Fajar Nugraha • 28 October 2025 15:32

Beijing: Sebuah langkah yang dapat mengubah dunia pembuatan konten daring di Tiongkok. Pemerintahan setempat telah memperkenalkan aturan baru yang mewajibkan para influencer untuk memiliki kualifikasi resmi atau sertifikat sebelum membahas topik-topik "sensitif" seperti kedokteran, hukum, pendidikan, atau keuangan daring.

“Undang-undang influencer baru ini, yang mulai berlaku pada 25 Oktober, mewajibkan para kreator untuk menunjukkan bukti keahlian mereka -,seperti gelar, lisensi profesional, atau sertifikasi,- jika mereka ingin mengunggah konten tentang topik yang diatur,” lapor Morocco News, dikutip Selasa 28 Oktober 2025.

Menurut Administrasi Ruang Siber Tiongkok (CAC), peraturan ini bertujuan untuk mengekang misinformasi dan melindungi publik dari informasi yang salah atau menyesatkan. Platform seperti Douyin (TikTok versi Tiongkok), Bilibili, dan Weibo kini akan bertanggung jawab untuk memverifikasi kredensial kreator dan memastikan bahwa unggahan menyertakan kutipan dan pernyataan penyangkalan yang tepat.

Misalnya, kreator harus menyatakan dengan jelas kapan informasi bersumber dari studi atau kapan video mereka menggunakan konten yang dihasilkan AI. CAC juga telah melarang iklan untuk produk medis, suplemen, dan makanan kesehatan, untuk mencegah promosi terselubung yang disamarkan sebagai konten "edukasi".

Dorongan untuk Keaslian atau kendali?

Meskipun para pejabat mengatakan aturan baru ini bertujuan membangun kepercayaan dan memastikan akurasi, banyak kritikus memandangnya sebagai bentuk baru sensor digital. Dengan membatasi siapa yang dapat membahas topik tertentu, mereka memperingatkan, pemerintah mungkin membungkam suara-suara independen dan mempersempit ruang lingkup debat publik.

Para ahli juga menunjukkan bahwa definisi "keahlian" masih samar dan subjektif, sehingga memberi otoritas kekuasaan yang lebih besar untuk memutuskan siapa yang boleh berbicara daring.

Pertanyaan tentang kredibilitas

Debat ini muncul di saat informasi yang didorong oleh influencer telah menjadi alternatif yang ampuh bagi para pakar tradisional. Dari saran kesehatan hingga pelatihan keuangan, kreator sering kali mendapatkan pengikut dengan tampil relevan dan tepercaya — bahkan tanpa kualifikasi formal.

Namun, sisi negatifnya jelas: misinformasi menyebar dengan cepat ketika topik yang kompleks disederhanakan atau disalahartikan secara daring.

Beberapa pengguna di Tiongkok menyambut baik undang-undang ini, dengan mengatakan bahwa undang-undang ini dapat meningkatkan kredibilitas diskusi daring.

"Sudah saatnya orang-orang dengan keahlian nyata memimpin percakapan," komentar seorang pengguna Weibo.

Namun, yang lain khawatir hal itu dapat menghambat kreativitas dan membatasi diskusi terbuka, mengubah media sosial dari ruang pertukaran bebas menjadi ruang keahlian yang dikendalikan negara.

Studi baru memperingatkan meningkatnya risiko psikologis dan keamanan

Perdebatan seputar dampak influencer media sosial bukanlah hal baru — tetapi sebuah studi terbaru oleh University of Portsmouth telah menyoroti sisi gelap budaya digital yang sedang berkembang pesat ini.

Menurut penelitian tersebut, influencer media sosial -,atau SMI,- dapat menimbulkan risiko psikologis, kesehatan, dan keamanan, yang menunjukkan bahwa peraturan yang lebih ketat mungkin diperlukan untuk melindungi pengguna dan konsumen.

Meskipun influencer telah mengubah pemasaran global dengan membentuk perilaku pembelian, strategi merek, dan bahkan tren sosial, studi ini menyoroti meningkatnya biaya etika dan psikologis di balik kemewahan tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa konten yang digerakkan oleh influencer sering kali mempromosikan misinformasi, ideal kecantikan yang tidak realistis, produk berbahaya, dan budaya perbandingan yang toksik, yang mengarah pada pola konsumsi yang menipu dan meningkatnya kerentanan privasi.

Laporan ini muncul ketika pemasaran influencer diproyeksikan mencapai USD480 miliar pada tahun 2027, dengan merek-merek semakin bergantung pada kreator untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan daring.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa tanpa pengawasan yang tepat, pengaruh para tokoh digital ini dapat menimbulkan dampak emosional dan sosial yang tinggi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)