Pendukung Laskhar-e-Taiba (LeT). (Rehan Khan/EPA)
Jakarta: Serangan militer India ke wilayah Pakistan pada Operasi Sindoor diklaim menyasar kamp-kamp militan yang terkait dengan Lashkar-e-Taiba (LeT), termasuk di kawasan Muzaffarabad. Dalam briefing resmi Kementerian Luar Negeri India pada 7 Mei 2025, disebutkan bahwa LeT adalah dalang serangan brutal di Pahalgam yang menewaskan 26 warga sipil.
Sejak awal, India menyebut kelompok ini sebagai aktor utama di balik berbagai aksi teror lintas batas yang mengganggu stabilitas di Kashmir dan seluruh India.
Lalu, siapa sebenarnya Lashkar-e-Taiba? Apa latar belakang, ideologi, dan operasi mereka selama ini?
Asal-Usul dan Sejarah Pembentukan
Lashkar-e-Taiba (LeT) atau "Tentara Orang-Orang Suci" adalah kelompok militan Sunni berbasis di Pakistan yang berdiri sekitar tahun 1986. Menurut catatan National Counterterrorism Center AS, LeT awalnya merupakan sayap militer dari organisasi dakwah Markaz-ud-Dawa-wal-Irshad yang didirikan untuk melawan invasi Soviet ke Afghanistan.
Seiring waktu, LeT berkembang menjadi kelompok militan dengan fokus utama pada konflik Kashmir, dan dituduh melakukan banyak serangan terhadap warga dan tentara India.
Kelompok ini juga pernah dikaitkan dengan pendanaan dari Osama bin Laden pada era Perang Soviet-Afghanistan dan memiliki hubungan dengan badan intelijen militer Pakistan (ISI). LeT dianggap sebagai perpanjangan tangan strategis Pakistan untuk menekan India, meskipun hal ini terus dibantah oleh pemerintah Islamabad.
Ideologi dan Tujuan Utama
LeT mengusung ideologi Salafi dan Ahl-e-Hadith, dengan tujuan utama menggabungkan seluruh wilayah Kashmir dengan Pakistan. Menurut beberapa analis seperti Stephen Tankel, ahli Studi Terorisme dari Universitas Amerika, ambisi kelompok ini jauh lebih luas. Menurutnya ketika Kashmir dibebaskan, LeT akan menggunakan wilayah untuk 'menaklukkan India dan memaksakan pemerintahan Muslim di anak benua India'.
Namun menurut dokumen ideologis mereka sendiri, seperti pamflet "
Why We Are Waging Jihad" yang diterjemahkan Hudson Institute, jihad bersenjata yang mereka serukan memiliki delapan tujuan besar, termasuk:
Objektif Jihad LeT |
Kutipan dari Dokumen |
Mengakhiri fitnah terhadap umat Islam |
"Selama orang-orang kafir di mana pun di dunia ini memiliki kekuasaan dan kepentingan untuk mencegah seseorang menerima Islam [...] maka wajib memerangi mereka hingga semua hambatan untuk menerima Islam dihilangkan." |
Mewujudkan dominasi global Islam |
"Berperang melawan orang kafir adalah kewajiban sampai Islam mendominasi seluruh dunia dan hukum Allah ditegakkan di mana-mana." |
Memaksa non-Muslim membayar jizyah |
"Perang terus-menerus adalah kewajiban sampai seluruh orang kafir di dunia [...] dipermalukan dan dengan sukarela membayar jizyah kepada Muslim." |
Membela kaum tertindas |
"Selama siapa pun di dunia ini mengalami penindasan, maka perang harus terus dilakukan hingga mereka terbebas dari penindasan." |
Membalas pembunuhan terhadap Muslim |
"Jika seorang kafir membunuh seorang Muslim, maka membalasnya adalah kewajiban [...] tetapi pembunuhan oleh orang kafir harus dibalas, kecuali jika orang kafir tersebut masuk Islam." |
Memerangi negara yang melanggar perjanjian |
"Jika suatu negara melanggar perjanjian yang dibuat dengan umat Islam, maka perang menjadi kewajiban." |
Membela diri dari serangan terhadap Islam |
"Jika suatu negara menyerang umat Islam, maka membela diri dengan berperang adalah kewajiban." |
Merebut kembali tanah umat Islam dari Non-Muslim, Termasuk India, Rusia, Prancis, dll. |
"Yahudi telah merebut kendali atas Palestina serta Bayt-ul-Muqaddis. Selain itu, sekitar 20 negara lain seperti Bulgaria, Hungaria, Siprus, Sisilia, Afrika, Turkistan Rusia, dan Turkistan Cina hingga Kashghar dahulu dikuasai oleh umat Islam. Kita berkewajiban untuk membebaskan wilayah-wilayah ini dari kaum kafir. Dahulu, pegunungan dan hutan di Swiss serta wilayah yang hanya berjarak 90 kilometer dari Paris merupakan tempat tinggal para mujahidin [pejuang suci]." |
Dalam publikasi tersebut, mereka menyebut bahwa jihad harus terus berlangsung hingga semua tujuan ini tercapai. Mereka juga secara terbuka menolak demokrasi dan hukum buatan manusia, serta menekankan bahwa jihad tetap wajib meskipun tanpa kehadiran negara Islam atau khalifah.
Dokumen tersebut juga menjelaskan sikap LeT terhadap Pakistan. Meskipun LeT menuntut penerapan syariat Islam secara total, mereka menolak untuk mengangkat senjata terhadap pemerintah Pakistan.
Dalam pamfletnya, LeT menyatakan bahwa kekerasan di dalam negeri Pakistan adalah haram, dan menyerukan dakwah terhadap warga dan pemimpin Muslim yang dianggap menyimpang alih-alih menyerang mereka secara fisik.
Mereka menilai bahwa Pakistan, meskipun penuh kekurangan, masih berdiri atas nama Islam dan berbeda dari negara-negara seperti India yang mereka anggap sebagai musuh terang-terangan. Oleh sebab itu, jihad bersenjata hanya diarahkan keluar, bukan ke dalam negeri.
Menurut National Counterterrorism Center AS, kelompok ini menjadikan serangan terhadap warga sipil sebagai bagian dari jihad global yang dianggap sebagai kewajiban setiap Muslim. LeT disebut bertanggung jawab atas serangan Mumbai 2008, pengeboman kereta di Mumbai 2006, serta beberapa serangan lainnya seperti di Parlemen India tahun 2001.
Jaringan, Operasi, dan Aksi Terorisme
Meskipun basisnya berada di Pakistan, LeT memiliki jejak global. Anggotanya diketahui pernah ditangkap di Amerika Serikat, Australia, dan Eropa. Mereka juga mengelola jaringan amal seperti Jamaat-ud-Dawa (JuD) dan Falah-e-Insaniyat Foundation yang digunakan sebagai kedok kegiatan militan dan perekrutan.
Kelompok ini telah dikaitkan dengan sejumlah serangan besar, di antaranya:
- Serangan Mumbai 2008 yang menewaskan 166 orang.
- Pengeboman kereta di Mumbai pada Juli 2006 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
- Penyerangan Parlemen India pada Desember 2001 yang memicu ketegangan militer besar antara India dan Pakistan.
- Serangan di Red Fort (2000),
- pengeboman pasar Delhi saat Diwali (2005),
- Pembunuhan terhadap warga Hindu di Doda dan Kaluchak.
Setelah Operasi Sindoor, nama LeT kembali disorot. Dalam briefing Kementerian Luar Negeri India, disebutkan bahwa The Resistance Front (TRF)—kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Pahalgam—berkaitan langsung dengan LeT dan digunakan sebagai "cabang penutup" atau front untuk menyembunyikan identitas asli para pelaku.
Lashkar-e-Taiba bukan hanya menjadi ancaman regional di Asia Selatan, tetapi juga menjadi perhatian keamanan global karena jaringan, pelatihan militer, dan retorika ideologisnya. Ditargetkannya LeT dalam serangan India merupakan sinyal bahwa kelompok ini tetap berada di pusat konflik India-Pakistan.
Sementara banyak organisasi global telah memasukkan LeT dalam daftar kelompok teroris, upaya untuk membongkar jaringan ini terbukti rumit karena keterkaitannya dengan struktur politik dan militer di Pakistan. Kini, sorotan internasional kembali tertuju pada sejauh mana LeT masih aktif, dan apa dampaknya bagi stabilitas kawasan.