Konklaf pemilihan Paus akan berlangsung pada 7 Mei 2025. Foto: Vatican News
Fajar Nugraha • 2 May 2025 15:07
Vatikan: Menjelang konklaf pekan depan yang akan memilih penerus pimpinan Gereja Katolik, muncul pertanyaan besar di kalangan para kardinal: setelah tiga paus non-Italia berturut-turut, sudahkah tiba waktunya bagi Italia untuk kembali menduduki takhta Kepausan di Vatikan yang pernah mereka kuasai selama hampir dua milenium?
Mengutip dari GMA News, Jumat 2 Mei 2205, sejak wafatnya Paus Adrianus VI asal Belanda pada 1523 hingga terpilihnya Paus Yohanes Paulus II dari Polandia pada 1978, kursi Paus nyaris sepenuhnya dipegang oleh sosok dari Italia. Dari 266 paus dalam sejarah Gereja Katolik, sekitar 80 persen berasal dari Italia.
Namun dominasi itu terhenti sejak Paus Yohanes Paulus II, disusul oleh Paus Benediktus dari Jerman dan Paus Fransiskus dari Argentina yang merupakan paus pertama dari benua Amerika.
Pasca wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April, 133 kardinal akan berkumpul dalam konklaf tertutup pada 7 Mei untuk memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Salah satu kandidat kuat yang mencuat adalah Kardinal Pietro Parolin, mantan Sekretaris Negara Vatikan yang menjadi tangan kanan Paus Fransiskus selama 12 tahun terakhir.
Selain Parolin, dua nama kardinal Italia lain yang kerap disebut secara diam-diam di kalangan para prelatus adalah Matteo Zuppi, Uskup Agung Bologna, dan Pierbattista Pizzaballa, kepala Gereja Katolik di Yerusalem.
Namun kehadiran tiga figur ini dapat memecah dukungan dari 19 kardinal asal Italia, yang jumlahnya kini hanya mencakup 14 persen pemilih dalam konklaf—turun drastis dari 24 persen pada tahun 2013, menyusul langkah diversifikasi yang diperluas oleh Paus Fransiskus.
Menurut sejarawan Gereja dari Universitas Modena-Reggio Emilia, Alberto Melloni, kegagalan masa lalu para kardinal Italia dalam menyatukan dukungan menjadi faktor yang memungkinkan terpilihnya paus dari luar Italia dalam tiga konklaf terakhir.
“Para kardinal Italia justru memutuskan sendiri, dengan perpecahan mereka, bahwa paus tidak lagi berasal dari Italia,” ujar Melloni.