Ilustrasi Partai Golkar. Medcom
M Ilham Ramadhan Avisena • 3 August 2025 19:19
Jakarta: Isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang kembali mencuat di tubuh Partai Golkar untuk melengserkan Ketua Umum Bahlil Lahadalia mencerminkan dinamika politik yang kompleks dari sisi internal maupun eksternal partai. Pengamat politik dari Citra Institute Efriza mengatakan wacana tersebut mencerminkan dua hal, yaitu ketidakpuasan internal, serta ketegangan eksternal antara pemerintah dan Golkar.
"Isu Munaslub Partai Golkar untuk mengganti Bahlil Lahadalia menandakan adanya dua hal sekaligus yang terjadi yakni dari kondisi internal dan situasi eksternal Golkar," kata Efriza saat dihubungi, Minggu, 3 Agustus 2025.
Secara internal, resistensi terhadap kepemimpinan Bahlil diduga masih cukup kuat. Efriza menyebut tidak semua kader menerima Bahlil sebagai Ketua Umum, dan kepemimpinannya belum mengakar ke seluruh struktur partai. Meski DPP Golkar membantah adanya perpecahan, namun fakta wacana munaslub muncul ke permukaan menunjukkan ketegangan yang nyata.
"Kesan kepemimpinan Bahlil dianggap tidak kapabel oleh sejumlah pihak internal sekaligus menunjukkan resistensi terhadap kepemimpinan Bahlil, disinyalir karena Bahlil belum bisa merangkul semua kader-kadernya, serta basis dukungan struktural yang belum mengakar dalam kepemimpinannya," jelas Efriza.
Namun, dia menegaskan, isu munaslub bisa jadi hanya manuver politik dari faksi yang merasa tidak terakomodir. Jika Bahlil mampu meredam situasi dan memperkuat konsolidasi partai, wacana tersebut bisa saja hanya menjadi isu angin lalu.
Dari sisi eksternal, dinamika yang terjadi dipengaruhi hubungan yang disebut tak harmonis antara Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo. Bahlil yang dikenal sebagai loyalis Jokowi, dinilai tak cukup sejalan dengan kepemimpinan Prabowo. Isu seperti kebijakan gas LPG 3 kg dan tambang nikel di Raja Ampat menjadi titik sorot kinerja Bahlil yang disebut sempat menimbulkan kegaduhan publik.
"Kurang nyamannya Presiden Prabowo terhadap Bahlil yang merupakan menterinya tetapi loyalitasnya kepada mantan Presiden Jokowi menjadi catatan tersendiri terhadap kinerja Bahlil yang bisa terus 'dimainkan' untuk menggoyang kepemimpinan Bahlil," ujar Efriza.
Baca Juga:
Bantah Kabar Munaslub, Sekjen Golkar: Pencetus Isu Lempar Batu Sembunyi Tangan |