Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 12 December 2023 14:39
London: Enam puluh persen perusahaan Inggris merasa perlambatan perekonomian Tiongkok menghadirkan tantangan yang lebih besar terhadap operasi mereka dibandingkan dengan pembatasan ketat terhadap covid-19 yang diterapkan hingga akhir tahun lalu.
Pelaku usaha Inggris menunda melakukan investasi baru di Tiongkok di tengah keterpurukan pemulihan ekonomi dan meremehkan pentingnya ekonomi nomor dua di dunia ini bagi operasional global mereka.
Investor asing merasa tidak enak terhadap Tiongkok hampir sepanjang tahun ini karena faktor-faktor seperti pemulihan pascapandemi yang lebih lemah dari perkiraan, serangkaian penggerebekan kantor oleh otoritas Tiongkok, pemerintah daerah yang kekurangan uang dan menawarkan lebih sedikit insentif investasi dan hasil investasi yang lebih tinggi di Amerika Serikat.
"Pada tahun-tahun sebelumnya, 80 persen (perusahaan) berinvestasi lebih banyak karena potensi pasar, namun rasanya kita kini memasuki fase kejelasan yang nyata,” kata Ketua Kamar Dagang di Inggris Julian Fisher dikutip dari The Business Times, Selasa, 12 Desember 2023.
Berdasarkan pandangan anggota selama bulan Oktober dan November, mengungkapkan 60 persen perusahaan merasa melakukan bisnis di Tiongkok menjadi lebih sulit selama setahun terakhir, dan 78 persen dari perusahaan tersebut menyalahkan faktor ekonomi. AstraZeneca, BP, Jaguar Land Rover dan Shell adalah beberapa anggota majelis tersebut.
"Perusahaan-perusahaan (Inggris) di Tiongkok secara efektif tidak melakukan apa-apa, dengan banyak perusahaan yang menunda keputusan-keputusan penting seputar investasi dan masuknya pasar,” tulis laporan itu.
Lebih dari separuh perusahaan yang disurvei mengatakan geopolitik juga mempersulit operasional mereka di Tiongkok, sementara 43 persen perusahaan kesulitan menghadapi masalah peraturan seperti perolehan izin.