Urgensi Transisi Menuju Ekonomi Hijau

Direktur Celios Bhima Yudhistira. Medcom.id/Theo

Urgensi Transisi Menuju Ekonomi Hijau

Theofilus Ifan Sucipto • 19 December 2023 11:33

Jakarta: Center of Economic and Law Studies (Celios) menjelaskan urgensi transisi menuju ekonomi hijau. Hal itu terkait dengan ekonomi Indonesia di masa depan.

"Begitu tujuh sampai 15 tahun lagi nikel kita habis, maka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari hilirisasi agak sulit rasanya tercapai," kata Direktur Celios Bhima Yudhistira dalam konferensi pers di Senayan, Jakarta Selatan, Selasa, 19 Desember 2023.

Bhima mengatakan struktur ekonomi Indonesia tidak jauh-jauh dari ekonomi ekstraktif sejak ratusan tahun lalu. Ekonomi itu mencakup timah, nikel, bauksit, hingga batu bara.

"Yang kaya semakin kaya dari sektor pertambangan, mineral kritis, dan hilirisasi. Tapi kita berputar-putar pada sektor ekstraktif," papar dia.
 

Baca juga: Potensi PDB dari Ekonomi Hijau Mencapai Hampir Rp3.000 Triliun

Bhima menyebut ekonomi ekstraktif punya dampak volatilitas terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal itu terkait dengan visi dan misi para calon presiden (capres) soal hal tersebut.

"Tiga pasangan punya proyeksi ekonomi tinggi. Tinggi saja tidak cukup dan kualitas pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai kalau masih didominasi sektor pertambangan," ujar dia.

Bhima menyebut Celios dan Greenpeace menawarkan alternatif ekonomi bagi Indonesia. Yakni, transisi menuju ekonomi hijau yang diyakini lebih menguntungkan dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)