Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.
Husen Miftahudin • 7 February 2024 12:33
Jakarta: Dalam situasi ekonomi global yang melambat dan penuh ketidakpastian, perekonomian Indonesia tetap tumbuh kuat dan stabil. Meskipun berangkat dari basis yang tinggi (high base) pada 2022, perekonomian Indonesia tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,04 persen (yoy) pada triwulan IV-2023 dan 5,05 persen untuk keseluruhan 2023.
APBN berperan sebagai shock absorber krusial dalam menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah merespons secara timely tanda-tanda perlambatan ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari pelemahan global pada triwulan III-2023, melalui paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di awal triwulan IV-2023.
"Alhamdulillah meski 2023 pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan melambat signifikan, ekonomi Indonesia mencatatkan konsistensi tren pertumbuhan yang sangat baik, ditopang oleh aktivitas permintaan domestik yang masih kuat, khususnya aktivitas konsumsi dan investasi," ucap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 7 Februari 2024.
Tidak hanya kuat, ekonomi juga tumbuh berkualitas. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang turut mendorong penurunan pengangguran dan kemiskinan.
Pemulihan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja yang mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 5,32 persen pada Agustus 2023 atau turun sebesar 0,54 persen dibanding Agustus 2022.
Aktivitas ekonomi yang menguat juga telah mendorong penurunan tingkat kemiskinan dari 9,54 persen (Maret 2022) menjadi 9,36 persen di tahun 2023.
Pertumbuhan ekonomi sisi pengeluaran
Konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama perekonomian, tumbuh 4,47 persen pada triwulan IV-2023, atau tumbuh 4,82 persen sepanjang 2023. Daya beli masyarakat yang tetap terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga konsumsi masyarakat.
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) melonjak tinggi, tumbuh 18,11 persen pada triwulan IV-2023, dan 9,83 persen sepanjang 2023. Hal ini terkait erat dengan penyelenggaraan Pemilu 2024.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) pada triwulan IV-2023 kembali tumbuh positif sebesar 2,81 persen setelah sempat terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Dengan demikian, konsumsi pemerintah sepanjang tahun 2023 tumbuh sebesar 2,95 persen.
Paket kebijakan pemerintah dan penyerapan belanja negara yang optimal mampu mendorong konsumsi pemerintah pada triwulan IV dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Penyerapan belanja negara yang optimal juga berkontribusi mendorong aktivitas ekonomi regional.
Sementara itu, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tercatat sebesar 5,02 persen pada triwulan IV-2023 dan 4,4 persen secara tahunan, meningkat dibandingkan 2022 yang tumbuh 3,9 persen. Percepatan penyelesaian Proyek Strategis Nasional, aktivitas belanja modal Pemerintah, hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjaga kinerja positif investasi.
Sektor swasta juga turut andil mendorong investasi di 2023 ditunjukkan dengan realisasi PMA dan PMDN yang mampu tumbuh mencapai dua digit masing-masing 13,7 persen dan 22,1 persen. Kondisi infrastruktur yang semakin meningkat, kinerja ekonomi makro yang sangat baik, serta stabilitas sosial politik yang terjaga menjadi faktor krusial untuk menjaga keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi.
Ekspor riil pada triwulan IV-2023 tumbuh 1,64 persen dan 1,32 persen secara tahunan. Pertumbuhan positif ekspor tahun 2023 terutama didorong oleh meningkatnya ekspor barang migas dan ekspor jasa seiring dengan peningkatan jumlah wisman.
Meskipun dihadapkan dengan perlambatan perekonomian dunia dan tren moderasi harga komoditas, volume ekspor nonmigas tumbuh 8,43 persen sepanjang 2023. Pertumbuhan tersebut salah satunya berasal dari peningkatan volume ekspor besi dan baja, utamanya volume ekspor feronikel yang tumbuh mencapai 47,6 persen.
Selain itu, peningkatan volume ekspor juga terjadi pada kendaraan dan bagiannya serta bahan bakar mineral. Di sisi lain, impor barang pada triwulan IV-2023 masih terkontraksi sebesar 0,15 persen dan sebesar 1,65 persen secara tahunan.
Baca juga: BPS: Ekonomi Indonesia Kuartal IV-2023 Tumbuh 5,04%
Pertumbuhan ekonomi sisi produksi
Dari sisi produksi, pertumbuhan positif juga tercatat di seluruh sektor lapangan usaha baik di triwulan IV-2023 maupun di sepanjang tahun 2023. Kontributor terbesar dari pertumbuhan tersebut adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, dan pertambangan.
Di tengah perubahan cuaca akibat fenomena El Nino, sektor pertanian tumbuh moderat sebesar 1,12 persen pada triwulan IV-2023 dan 1,30 persen sepanjang 2023. Sementara itu, di tengah moderasi harga komoditas, sektor pertambangan juga tumbuh menguat di triwulan IV-2023 sebesar 7,46 persen dan 6,12 persen selama tahun 2023.
Kinerja pertumbuhan tersebut ditopang oleh sub-sektor pertambangan bijih logam seiring permintaan atas olahan nikel sebagai input industri logam dasar.
Sektor manufaktur tumbuh positif 4,07 persen pada triwulan IV dan 4,64 persen sepanjang 2023. Permintaan domestik maupun global yang masih kuat atas produk ekspor Indonesia menjadi penopang pertumbuhan sektor tersebut, terutama pada produk industri logam dasar, barang logam, dan alat angkutan.
Sejalan dengan pertumbuhan sektor manufaktur, sektor perdagangan juga tumbuh positif sebesar 4,09 persen pada triwulan IV atau tumbuh 4,85 persen sepanjang 2023. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan barang domestik dan penjualan sepeda motor.
Peningkatan mobilitas masyarakat telah mendorong pertumbuhan sektor transportasi sepanjang 2023. Pada triwulan IV-2023, sektor transportasi tumbuh sebesar 10,33 persen dan 13,96 persen secara tahunan.
Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi, sektor akomodasi dan makan minum juga tumbuh positif sebesar 7,89 persen pada triwulan IV-2023 atau secara tahunan tumbuh 10,01 persen.
Penyelenggaraan berbagai event baik level nasional maupun internasional mendorong daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata. Selain itu, peningkatan mobilitas juga dipengaruhi oleh musim liburan Nataru (Natal dan Tahun Baru) dan persiapan penyelenggaraan pemilu.
Secara spasial, meskipun seluruh wilayah mencatatkan pertumbuhan positif, namun cukup beragam, dengan wilayah berbasis hilirisasi masih terus mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional.
Sulawesi dan wilayah Maluku dan Papua tumbuh tinggi masing-masing sebesar 6,37 persen dan 6,94 persen, didorong oleh produk-produk hilirisasi mineral. Wilayah Kalimantan juga mampu mencatatkan pertumbuhan di atas pertumbuhan nasional, yakni 5,43 persen.
Meskipun kontribusi wilayah Jawa dan Sumatra masih cukup dominan, masing-masing sebesar 57 persen dan 22 persen, tingkat pertumbuhan ekonomi kedua wilayah ini lebih rendah dibandingkan wilayah Indonesia timur. Pada 2023, perekonomian wilayah Jawa tumbuh 4,96 persen, sementara Sumatra tumbuh 4,69 persen.