Profesor Geoffrey Hinton dari University of Toronto. (Anadolu)
Willy Haryono • 9 October 2024 17:56
Stockholm: Hadiah Nobel Fisika 2024 telah diberikan kepada dua ilmuwan yang meletakkan "fondasi" untuk kecerdasan buatan (AI) - meski salah satu dari mereka baru-baru ini memperingatkan bahwa teknologi seperti itu dapat menjadi akhir bagi umat manusia.
John Hopfield dari Universitas Princeton dan Geoffrey Hinton dari Universitas Toronto menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mengembangkan pengetahuan mengenai jaringan saraf tiruan, yang merupakan dasar dari banyak AI modern. Jaringan saraf tiruan terinspirasi dari otak manusia.
Sama seperti kita belajar dengan memperkuat atau melemahkan koneksi antara sinapsis, mesin juga dapat belajar dengan memperkuat atau melemahkan koneksi antara simpul.
Profesor Hopfield dan Profesor Hinton, yang telah digambarkan sebagai "Bapak AI.” mengembangkan jaringan saraf tiruan yang membantu "memulai pengembangan pembelajaran mesin yang eksplosif saat ini," menurut badan pemberi penghargaan, Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia.
Walau karyanya memajukan teknologi, Profesor Hinton membuat gebrakan tahun lalu ketika ia mengundurkan diri dari Google karena kekhawatirannya atas AI.
Dalam wawancara dengan New York Times dan dikutip Sky News, Rabu, 9 Oktober 2024, Profesor Hinton mengatakan bahwa dia terkadang menyesali pekerjaan hidupnya, dan mengatakan kepada surat kabar itu: "Sulit untuk melihat bagaimana Anda dapat mencegah orang jahat menggunakannya untuk hal-hal yang buruk.”
Ia bahkan memperingatkan bahwa teknologi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi manusia karena mesin sering kali mempelajari perilaku yang tidak terduga dari sejumlah besar data yang mereka analisis.
Kedua penerima Hadiah Nobel Fisika ini akan berbagi hadiah sebesar 11 juta kroner Swedia atau sekitar GBP810.000.
"Dua pemenang Nobel fisika tahun ini telah menggunakan berbagai perangkat dari fisika untuk mengembangkan metode yang menjadi dasar pembelajaran mesin yang canggih saat ini," kata akademi tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Pembelajaran mesin berdasarkan jaringan saraf tiruan saat ini tengah merevolusi sains, teknik, dan kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.
Hadiah Nobel dianggap sebagai salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia dan diciptakan atas wasiat Alfred Nobel, seorang ilmuwan Swedia yang menemukan dinamit.
Albert Einstein dan Niels Bohr, yang membantu pemahaman modern tentang struktur atom, keduanya pernah menerima hadiah Nobel untuk fisika di masa lalu.
Tahun lalu, hadiah tersebut diberikan kepada Pierre Agostini, Ferenc Krausz, dan Anne L'Huillier atas karya mereka dalam menciptakan pulsa cahaya yang sangat pendek yang dapat menunjukkan perubahan dalam atom, yang berpotensi meningkatkan deteksi penyakit.
Fisika adalah bidang kedua yang diberikan anugerah Nobel minggu ini. Kemarin, dua ilmuwan Amerika Serikat yang menemukan bagaimana "microRNA" mengendalikan penguraian informasi genetik dalam organisme hidup, telah menerima hadiah Nobel untuk bidang kedokteran.
Baca juga: Penerapan Kecerdasan Buatan Dalam Dunia Pendidikan Belum Dibahas Serius