Ilustrasi. Foto: Freepik.
Harga Minyak Stabil di Tengah Ketegangan Geopolitik
Eko Nordiansyah • 31 December 2025 08:06
Houston: Harga minyak naik dalam perdagangan Eropa pada Selasa, 30 Desember 2025, setelah kenaikan tajam pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini karena ketegangan Rusia-Ukraina tetap memanas meskipun upaya yang dipimpin AS untuk menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian, sementara investor menilai data persediaan AS yang tertunda.
Dilansir dari Investing.com, Rabu, 31 Desember 2025, kontrak berjangka Minyak Brent yang berakhir pada Maret naik tipis 0,5 persen menjadi USD61,80 per barel. Sementara kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 0,5 persen menjadi USD58,39 per barel.
Kedua kontrak tersebut melonjak lebih dari dua persen pada Senin setelah upaya yang dipimpin AS untuk menengahi kemajuan dalam pembicaraan antara Rusia dan Ukraina tampaknya gagal.
Ketegangan Rusia-Ukraina hingga ancaman Iran dari Trump menjadi fokus
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Senin Moskow akan merevisi posisi negosiasinya setelah apa yang digambarkan Kremlin sebagai serangan drone Ukraina di dekat salah satu kediamannya.
Ukraina membantah menargetkan Putin, tetapi komentar tersebut meredam harapan deeskalasi jangka pendek dan menimbulkan kekhawatiran konflik dapat berlanjut hingga tahun depan.
Baca Juga :
Wacana Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Dikaji Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Dok ICDX)
Kecemasan geopolitik semakin diperkuat oleh komentar dari Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan pada Senin, AS akan menyerang Iran lagi jika negara itu mencoba membangun kembali program nuklirnya.
Pernyataan Trump menggarisbawahi ketegangan yang terus-menerus di Timur Tengah, wilayah yang penting bagi pasokan minyak global, dan menambah kekhawatiran tentang potensi gangguan atau tindakan pembalasan yang melibatkan produsen utama.
Stok minyak mentah AS naik secara tak terduga
Dari sisi penawaran, investor mempertimbangkan data Badan Informasi Energi AS untuk pekan yang berakhir pada 19 Desember, yang dirilis lebih lambat dari biasanya karena liburan Natal.
Laporan tersebut menunjukkan persediaan minyak mentah AS meningkat sekitar 405 ribu barel, bertentangan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan. Persediaan bensin dan bahan bakar distilat juga mengalami peningkatan, menunjukkan permintaan yang lebih lemah atau produksi kilang yang kuat selama periode tersebut.
Ke depan, pelaku pasar mengamati sinyal lebih lanjut tentang upaya diplomatik di Eropa Timur, serta data ekonomi AS yang akan datang dan panduan OPEC+, untuk mengukur prospek permintaan dan kebijakan pasokan pada awal 2026.