Menteri Luar Negeri Thailand Don Pradwinai. Foto: ASEAN Indonesia
Marcheilla Ariesta • 13 July 2023 21:49
Jakarta: Pertemuan dengan junta Myanmar di Thailand mendapat kecaman dari berbagai pihak. Namun, Menteri Luar Negeri Thailand Don Pradwinai berkilah jika pertemuan itu untuk memungkinkan beberapa negara yang mengetahui lebih banyak Myanmar.
"Kami memfasilitasi pertemuan semacam itu di Pattaya, memungkinkan beberapa negara mengetahui lebih banyak tentang Myanmar. Dan ketika mereka bertemu, mereka merasa sangat berguna," ucapnya, di sela Post Ministerial Meeting ASEAN di Jakarta, Kamis, 13 Juli 2023.
Para negara yang hadir, klaim Don, meminta otoritas di Naypyidaw untuk menghasilkan sesuatu yang konstruktif untuk masa depan keterlibatan ASEAN di Myanmar.
Don menuturkan, Menlu Indonesia Retno Marsudi memang telah melakukan banyak hal bagi Myanmar dalam kapasitas ASEAN. "Nah Retno sudah melakukan banyak hal, itu baik baginya untuk melakukannya," seru Don.
Ketika ditanya alasannya tidak berkoordinasi dengan Retno saat bertemu pemimpin sipil Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi, Don merujuk pada Dokumen Nomor 14 yang dirilis saat KTT di Phnom Penh pada November 2022.
Menlu Thailand itu mengatakan, Retno diundang untuk bertemu dengan junta Myanmar. "Dan kami mengundang dia, semua menteri diundang, termasuk Retno untuk datang, pada Desember 2022, Februari 2023. Termasuk di Pattaya bulan lalu," serunya.
"Orang-orang yang siap untuk datang, mereka datang. Mereka yang tidak akan hanya memilih keluar. Tapi ini bukan pertemuan ASEAN, ini pertemuan kita sendiri," jelas Don.
Don menuturkan, pertemuan itu dilakukan karena Myanmar dan Thailand memiliki perbatasan panjang. Menurutnya, banyak hal terjadi selama sehari-hari yang perlu segera di atas.
"Seperti Indonesia, Anda jauh dari Myanmar, Anda tidak tahu apa yang terjadi setiap hari," ucapnya.
"Tapi kami terpengaruh, India terpengaruh, negara-negara yanh berbatasan dengan Myanmar terpengaruh," sambung Don.
Ia menuturkan bahwa kejahatan transnasional meningkat, penipuan, kejahatan terkait narkoba, persenjataan hingga perdagangan manusia kerap terjadi setiap hari.
"Jika hal ini dibiarkan terus menerus, itu tidak baik. Untuk semua negara yang berbatasan. Jadi kami berpikir dan menemukan apa yang disebut pertemuan informal, duduk dan berkumpul untuk mencari jalan keluar," serunya.
"Tidak ada orang yang ingin melihat hal-hal di Myanmar terus berlanjut. Thailand ingin melihat Myanmar keluar dari kubangan, yang bagus untuk Myanmar, Thailand, dan ASEAN," pungkasnya.