Petugas memadamkan api dari kendaraan yang dibakar demonstran di Nantere, Prancis, 1 Juli 2023. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 3 July 2023 06:41
Paris: Nenek dari seorang remaja Prancis yang tewas ditembak polisi dan memicu kerusuhan selama beberapa malam terakhir, mengeluarkan permohonan untuk menurunkan ketegangan pada Minggu, 2 Juli 2023. Seruan disampaikan usai rumah seorang wali kota di pinggiran kota Paris diserang demonstran dengan mobil yang terbakar.
Pemerintahan Prancis di bawah Presiden Emmanuel Macron telah berjuang melawan aksi protes keras selama lima malam sejak Nahel M, remaja berusia 17 tahun yang tewas ditembak polisi di Nanterre, pinggiran Paris pada Selasa lalu.
Pembunuhan terhada[ Nahel, remaja asal Aljazair, telah menghidupkan kembali tuduhan lama tentang rasisme institusional di dalam kepolisian Prancis, yang menurut kelompok hak asasi manusia cenderung menargetkan minoritas selama pemeriksaan.
Berusaha memadamkan apa yang telah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Macron sejak menjabat di tahun 2017, Kementerian Dalam Negeri Prancis telah mengerahkan 45.000 polisi di seantero negeri. Helikopter dan kendaraan lapis baja juga dikerahkan.
Kemendagri mengatakan bahwa 719 orang telah ditangkap sepanjang Minggu malam, sekitar setengah dari jumlah di malam sebelumnya. Tetapi bentrokan sengit masih dilaporkan terjadi di beberapa tempat, termasuk kota selatan Marseille.
"Berhenti dan jangan melakukan kerusuhan lagi," kata nenek Nahel, Nadia, kepada saluran televisi BFM dalam sebuah wawancara telepon. Ia mengatakan para perusuh hanya menggunakan kematian cucunya sebagai "dalih" untuk berbuat rusuh.
"Saya memberi tahu orang-orang yang berbuat kerusuhan ini: Jangan pecahkan jendela, menyerang sekolah atau bus. Berhenti! Ibu-ibu banyak yang naik bus, dan ibu-ibu yang selama ini berjalan ke luar rumah," ujarnya, seperti dikutip dari laman TOI.