Alasan UKM Butuh Branding Lebih dari Sekadar Promosi

Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com

Alasan UKM Butuh Branding Lebih dari Sekadar Promosi

Eko Nordiansyah • 31 May 2025 17:13

Jakarta: UKM bukan hanya soal jualan, tetapi soal membangun makna. Dalam derasnya arus promosi dan tren digital yang cepat berubah, hanya yang memiliki identitas kuat yang akan bertahan. Inilah mengapa branding lebih penting dari sekadar promosi.

Branding bukan tentang berapa kali UMKM muncul di layar konsumen, tapi tentang bagaimana kita diingat, dirasakan, dan direkomendasikan. UMKM The Hallway Space di Bandung dan Photoplace Indonesia dari Bogor membuktikan bahwa identitas merek yang kuat adalah modal utama untuk tumbuh, meluas, dan menciptakan pengalaman yang berarti.

Mengubah pasar tradisional jadi destinasi gaya hidup

The Hallway Space dimulai dari gagasan sederhana: bagaimana jika ruang kosong di pasar bisa jadi tempat tumbuhnya brand-brand lokal? Rilly Robi, pemilik House of Local Footwear sekaligus Co-Founder dari The Hallway Space, menjawab tantangan itu dengan menjadikan lantai dua Pasar Kosambi Bandung sebagai rumah bagi UKM kreatif.

Sejak awal, The Hallway tidak hanya menjual ruang, tetapi membangun cerita. Lewat branding “Nongkrong di Pasar,” tempat ini bukan sekadar lokasi, tapi menjadi pengalaman. Ada pameran, nobar, diskusi, semua dikemas dalam semangat pasar sebagai ruang hidup.

“Dulu orang ke pasar untuk belanja kebutuhan. Sekarang, orang datang ke pasar untuk nongkrong, ngopi, foto-foto, dan menikmati suasana. Buat kami, itu keberhasilan branding yang bukan sekadar mengubah ruang, tapi cara pandang.” ungkap Co-Founder The Hallway Space Rilly Robi.
 
Baca juga: 

Chip Jungle: Mengubah Limbah Jagung menjadi Karya Seni



(Ilustrasi UMKM. Foto: Freepik)

Menjual pengalaman, bukan sekadar foto

Di sisi lain, Berawal dari sudut kecil sebuah coffee shop di Bogor bernama Et Al Coffee, photobox yang awalnya hanya tambahan hiburan bagi pengunjung, kini berkembang menjadi bisnis sendiri: Photoplace Indonesia.

Nama yang sederhana, tetapi punya filosofi branding yang kuat, yaitu memberikan pengalaman otentik dalam sebuah ‘tempat foto’. Di tengah kompetisi photobox yang menjamur, Photoplace Indonesia menang bukan karena harga, tapi karena memperhatikan detail, mulai dari design photobox, design background foto yang disesuaikan dengan tema, hingga pencahayaan dan hasil foto yang sesuai ekspektasi.

“Buat kami, photobox bukan cuma tempat ambil gambar, tapi ruang kecil yang bisa jadi kenangan. Dari suasana sampai hasil foto, semua kami desain supaya orang merasa punya pengalaman, bukan cuma file digital.” ujar Marketing Manager Photoplace Indonesia Isni Suci Nuranisa.

Kini, Photoplace Indonesia sudah memiliki 43 outlet di Jawa dan Bali, dari coffee shop hingga mall. Bahkan, mereka disewa untuk wedding dan event brand ternama. Semua itu tumbuh bukan dari promosi agresif, tapi dari branding yang konsisten: menjual pengalaman, bukan produk.

Branding adalah strategi, bukan hiasan

Dari dua cerita di atas, terlihat jelas bahwa branding bukan soal desain feeds yang senada atau logo yang cantik. Branding adalah pondasi strategi. Tanpa pemahaman tentang siapa target pasar, produk seperti apa yang dijual, dan nilai apa yang dibawa, maka promosi hanya akan menghasilkan impresi sesaat.

“Kalau kita tahu siapa target pasarnya, semua langkah setelahnya jadi lebih jelas, mulai dari bentuk produk, harga, sampai cara komunikasinya,” kata Isni Suci.

Begitu pula dengan The Hallway Space, yang konsisten menyampaikan identitas “nongkrong di pasar” lewat seluruh kegiatannya, dari offline sampai online. Branding menjadi alat untuk mengubah perilaku konsumen

“Banyak yang mengira branding itu soal visual. Padahal, branding itu strategi, bagaimana kita membentuk persepsi, membangun koneksi, dan menciptakan loyalitas, bukan sekadar menarik perhatian sesaat.” jelas Rilly Robi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)