Jemaah haji Indonesia tiba di Muzdalifah. Dok Kementerian Agama
Makkah: Hari Raya Iduladha 1446 H, yang jatuh pada 10 Zulhijah, merupakan momen penting bagi jemaah haji di Tanah Suci. Setelah melaksanakan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah, jemaah melanjutkan rangkaian ibadah haji dengan berbagai amalan pada hari nahar ini.
Setelah mengikuti proses wukuf, jemaah haji asal Indonesia kemudian bertahap diberangkatkan ke Muzdalifah mulai pukul 19.00 waktu Arab Saudi (WAS) atau setelah Magrib. Jemaah yang mengikuti program murur, hanya akan mabit dengan cara melintas di Muzdalifah, tidak turun dari bus, dan langsung menuju Mina.
Untuk jemaah non murur, mereka akan turun dan mabit di Muzdalifah dan diberangkatkan secara bertahap ke Mina setelah pertengahan malam. Lalu apa saja kegiatan jemaah saat Iduladha setelah wukuf? Berikut penjelasaanya.
Apa saja kegiatan jemaah Haji pada 10 Zulhijah?
Berikut adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan jemmasaah haji pada 10 Zulhijah:
1. Mabit di Muzdalifah
Setelah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah, jemaah haji bermalam (mabit) di Muzdalifah. Jemaah mengumpulkan kerikil yang akan digunakan dalam kegiatan melempar jumrah.
2. Melempar Jumrah Aqabah
Pada 10 Zulhijah pagi hari, jemaah melempar tujuh batu kerikil ke Jumrah Aqabah di Mina. Kementerian Agama RI mengatur jadwal pelemparan untuk menghindari kepadatan.
3. Menyembelih hewan kurban (Hadyu)
Bagi jemaah haji yang melaksanakan haji tamattu' atau qiran, penyembelihan hewan kurban (hadyu) merupakan kewajiban. Penyembelihan dilakukan setelah kegiatan melempar Jumrah Aqabah.
4. Tahallul (Memotong Rambut)
Setelah penyembelihan hewan kurban, jemaah melakukan tahallul dengan mencukur atau memotong sebagian rambut. Ini menandai diperbolehkannya kembali sebagian larangan ihram.
5. Tawaf Ifadah dan Sa’i
Jemaah kemudian melaksanakan tawaf ifadah di Masjidil Haram, diikuti dengan sa’i antara Bukit Safa dan Marwah. Ini adalah rukun haji yang wajib dilaksanakan.
Kementerian Agama mengimbau jemaah untuk mematuhi jadwal yang telah ditetapkan guna menghindari kepadatan dan memastikan keselamatan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menekankan pentingnya melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk ketaatan dan solidaritas sosial.