Studi BSMS Sebut Salah Persepsi Rokok Elektronik Hambat Perokok untuk Berhenti

Penggunaan rokok elektrik. Foto: Anadolu

Studi BSMS Sebut Salah Persepsi Rokok Elektronik Hambat Perokok untuk Berhenti

Fajar Nugraha • 17 March 2025 16:06

Jakarta: Sebuah penelitian terbaru dari Brighton and Sussex Medical School (BSMS), Inggris membuktikan bahwa perokok dewasa yang akrab dengan produk tembakau alternatif, memiliki peluang untuk beralih dan bahkan berhenti merokok. Produk alternatif tersebut termasuk rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, serta kantung nikotin merupakan produk yang minim risiko terhadap kesehatan.

Penelitian Brighton and Sussex Medical School (BSMS) ini didukung Dewan Riset Medis Inggris, Wellcom, Universitas Bristol, Penelitian Kanker Inggris, dan Masyarakat untuk Studi Kecanduan. Meski memiliki peluang bagus, informasi keliru mengenai produk tembakau alternatif tersebut yang dianggap lebih berbahaya dibandingkan rokok, menyebabkan terhambatnya perokok dewasa beralih dari kebiasaannya.

Riset ini melibatkan 687 perokok dewasa muda usia antara 23-24 tahun di Inggris. Mereka tidak menggunakan rokok elektronik saat dimulainya penelitian. Hasilnya, 220 responden atau 32 persen tetap merokok dan tidak beralih ke rokok elektronik. Lalu sekitar 253 responden atau 37 persen berhenti merokok dan tidak menggunakan rokok elektronik.

Selanjutnya 93 responden atau sekitar 14 persen berhenti merokok dan beralih ke rokok elektronik. Terakhir, sebanyak 121 responden atau sekitar 18 persen masuk dalam kategori dual users. Hasil penelitian ini sekaligus menunjukkan masih banyaknya perokok dewasa yang memiliki pemahaman keliru terhadap rokok elektronik.

Profesor Madya Kesehatan Masyarakat di BSMS sekaligus penulis utama penelitian, Dr Katherine East, mengatakan salah persepsi tentang rokok elektronik merupakan faktor yang menghalangi perokok dewasa untuk beralih ke produk rendah risiko tersebut.

“Banyak informasi yang salah beredar bahwa rokok elektronik sama buruknya dengan merokok atau bahkan lebih buruk. Meskipun rokok elektronik bukan tanpa risiko, bukti menunjukkan rokok elektronik jauh lebih tidak berbahaya daripada merokok dan dapat membantu orang untuk berhasil berhenti merokok,” ungkap Dr Katherine, seperti dikutip Senin 17 Maret 2025.

Dr Katherine pun menyesalkan misinformasi tentang bahaya rokok elektronik terus meningkat sehingga menyebabkan banyak perokok dewasa ragu untuk beralih merokok. Kesalahpahaman tersebut dapat menghambat upaya pengurangan dampak kesehatan akibat merokok. Sebab, perokok yang seharusnya memiliki peluang untuk berhenti justru tetap bertahan dengan kebiasaan buruknya.

“Di Inggris pada tahun 2024, 85 persen orang dewasa yang merokok memiliki kesalahan persepsi dan menganggap bahwa rokok elektronik sama atau lebih berbahaya daripada merokok atau tidak mengetahui bahaya relatifnya. Angka tersebut meningkat dari 59 persen di sepuluh tahun sebelumnya," ujar Dr. Katherine.

Ann McNeill, penulis dan profesor kecanduan tembakau dari King’s College London, menambahkan merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun, kebanyakan perokok dewasa tidak mengetahui rokok elektronik rendah risiko dan dapat membantu untuk berhenti merokok.

“Studi kami ini menunjukkan pentingnya mengatasi kesalahan persepsi rokok elektronik di kalangan perokok,” kata McNeill.

Di sisi lain, Dr Jasmine Khouja, penulis senior, program epidemiologi kanker integratif di Tobacco and Alcohol Research Group di Inggris, menyoroti perlu adanya intervensi untuk memperbaiki mispersepsi tentang rokok elektronik yang saat ini diamati di kalangan para perokok.

"Studi kami menunjukkan bahwa keyakinan ini dapat menghalangi sebagian orang untuk beralih dari merokok ke rokok elektronik sebagai alternatif yang rendah risiko,” ucap Dr Jasmine.

Oleh karena itu, lanjut Dr Jasmine, diperlukan edukasi yang lebih luas untuk memberikan informasi akurat mengenai perbandingan risiko antara rokok elektronik dan merokok. Hal tersebut guna membantu perokok mengambil keputusan lebih tepat bagi kesehatannya.

“Penting bagi perokok untuk memahami bahwa meskipun rokok elektronik bukan tanpa risiko, beralih ke rokok elektronik dapat secara drastis mengurangi risiko mereka terkena penyakit akibat merokok," pungkas Dr Jasmine.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)