Pasukan Thailand bawa kawat berduri di perbatasan dengan Kamboja. Foto: AKP
Fajar Nugraha • 18 September 2025 17:23
Phnom Penh: Pemimpin Kamboja Hun Manet menuduh Thailand mencegah lebih dari 20 keluarga kembali ke rumah mereka di perbatasan yang disengketakan. Ini disampaikan dalam suratnya kepada Sekjen PBB yang dirilis pada Kamis 18 September.
Tentara Thailand mengatakan penduduk Kamboja telah "menduduki secara ilegal" wilayah Thailand.
Negara-negara tetangga di Asia Tenggara ini menyepakati gencatan senjata pada akhir Juli setelah bentrokan selama lima hari yang menewaskan sedikitnya 43 orang dari kedua belah pihak -,letusan terbaru dari sengketa berkepanjangan atas kuil-kuil perbatasan yang diperebutkan di perbatasan sepanjang 800 km mereka.
Kedua belah pihak sejak itu saling tuduh melanggar gencatan senjata.
Pada Rabu, pasukan Thailand menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah ratusan pengunjuk rasa Kamboja selama kebuntuan di sebuah desa perbatasan yang disengketakan, sebuah tindakan yang menurut Phnom Penh melukai hampir 30 orang, termasuk seorang tentara dan seorang biksu Buddha.
Dalam surat tertanggal 17 September kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Hun Manet mengatakan pasukan Thailand telah "memperluas zona konflik dengan memasang kawat berduri dan barikade", dan "secara paksa" mengusir warga sipil Kamboja dari "tanah yang telah lama mereka huni" di dua desa perbatasan di Provinsi Banteay Meanchey barat laut sejak bulan lalu.
"Sebanyak 25 keluarga telah dihalangi dari rumah dan ladang mereka," tulis Hun Manet, seraya menambahkan bahwa seorang juru bicara militer Thailand telah mengancam akan melakukan penggusuran lebih lanjut, "yang berpotensi memengaruhi ratusan rumah tangga yang terdiri dari sekitar seribu jiwa".
Juru bicara militer Thailand, Winthai Suvaree, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa warga sipil Kamboja yang terlibat dalam insiden kekerasan sehari sebelumnya telah "secara sengaja dan ilegal menduduki wilayah Thailand untuk jangka waktu yang lama".
Winthai juga menuduh personel militer Kamboja gagal melakukan intervensi pada hari Rabu ketika penduduk desa Kamboja "membawa tongkat kayu panjang sebagai senjata darurat, menunjukkan niat untuk melukai pejabat Thailand dan melanggar batas wilayah Thailand".
Video yang dirilis oleh militer Thailand pada Rabu malam menunjukkan pasukan keamanan Thailand menembakkan gas air mata ke arah beberapa warga Kamboja, beberapa di antaranya melemparkan tongkat panjang ke arah otoritas Thailand dan mencoba menyingkirkan kawat berduri.
Dalam suratnya, Hun Manet mengatakan kepada Sekjen PBB bahwa militer Thailand "berniat menggunakan kekuatan untuk merebut wilayah di 17 lokasi lain" di sepanjang perbatasan bersama.
Ia juga meminta Malaysia -,Ketua ASEAN saat ini,- untuk mendesak Thailand agar menahan diri dari penggunaan kekerasan terhadap warga sipil dan "menghentikan penggusuran paksa yang direncanakan".
Bentrokan militer antara Kamboja dan Thailand pada bulan Juli adalah yang paling mematikan dalam beberapa dekade, dengan 300.000 orang juga terpaksa meninggalkan rumah mereka di sepanjang perbatasan.