Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 5 September 2025 10:20
Jakarta: Generasi Z (lahir 1997-2012) yang kini berusia 13–28 tahun mendapat sorotan akibat tingginya kerentanan terhadap utang. Data menunjukkan 61,7 persen anak muda tidak memiliki dana darurat, sementara perilaku konsumtif dan ketergantungan pada layanan pinjaman digital memperburuk kondisi keuangan mereka.
Berikut penjelasan lengkapnya dilansir dari laman FWD dan Treasury.
Penyebab utama
Salah satu penyebab utama adalah gaya hidup konsumtif. Tren nongkrong di kafe, belanja online, dan membeli barang branded menjadi prioritas pengeluaran, sehingga kebutuhan utama sering terabaikan.
Di sisi lain, ketergantungan pada kartu kredit dan layanan paylater membuat pengeluaran tak terkendali. Fasilitas pinjaman digital seperti ShopeePay Later atau GoPay Pinjam kerap digunakan untuk pembelian impulsif.
Pengaruh media sosial juga berperan besar. Konten gaya hidup mewah di TikTok atau Instagram memicu keinginan berlebihan. Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) mendorong Gen Z untuk membeli di luar kemampuan mereka. Tidak sedikit pula yang terjebak judi online dan pinjaman ilegal, di mana bunga tinggi mempercepat penumpukan utang.
(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)
Implikasi dan solusi
Kondisi ini menimbulkan sejumlah dampak serius. Tanpa dana darurat, sebanyak 61,7 persen Gen Z tidak siap menghadapi krisis. Arus kas pribadi pun berantakan karena penghasilan habis untuk cicilan, bukan tabungan atau investasi. Tekanan finansial tersebut akhirnya menimbulkan stres dan masalah kesehatan mental.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, generasi muda disarankan untuk membuat rencana keuangan SMART, yaitu dengan menetapkan tujuan spesifik, terukur, realistis, relevan, dan berbatas waktu. Ia juga menekankan pentingnya membatasi penggunaan kartu kredit serta paylater, hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak.
Selain itu, penghasilan sebaiknya dialokasikan 20 persen untuk dana darurat, tabungan, atau investasi, sekaligus meningkatkan literasi keuangan melalui sumber-sumber edukasi seperti webinar dan artikel OJK.
Peran orang tua dan institusi dinilai krusial. Orang tua diharapkan mengajarkan kebiasaan menabung sejak dini dan mengawasi penggunaan layanan pinjaman digital. Sementara itu, OJK perlu meningkatkan pengawasan terhadap fintech lending sekaligus memperluas edukasi keuangan kepada masyarakat.
Gen Z memiliki potensi finansial besar, tetapi disiplin menjadi kunci. Dengan mengurangi gaya hidup konsumtif dan memprioritaskan tabungan, generasi muda bisa terhindar dari jerat utang dan membangun masa depan yang lebih stabil. (
Muhammad Adyatma Damardjati)