Awas! Ini Dampak Negatif Membandingkan Anak Menurut Psikolog

Ilustrasi freepik

Awas! Ini Dampak Negatif Membandingkan Anak Menurut Psikolog

Putri Purnama Sari • 22 July 2025 09:36

Jakarta: Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional sebagai momentum untuk mengingatkan pentingnya pemenuhan hak-hak anak, termasuk hak untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan penuh cinta. 

Namun, tanpa disadari, banyak anak justru menghadapi tekanan mental dari lingkungan terdekatnya, terutama melalui kebiasaan membandingkan mereka dengan anak lain.

Fenomena ini sering terjadi di rumah, sekolah, bahkan di ruang-ruang digital. Dengan dalih “memotivasi,” orang tua atau guru kerap membandingkan prestasi anak dengan saudara, teman, atau anak tetangga. 

Psikolog Klinis Forensik lulusan Universitas Indonesia A Kasandra Putranto, menjelaskan bahwa kebiasaan membandingkan anak seperti ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak.

"Meskipun niatnya untuk mendorong anak untuk 'menjadi lebih baik'. Namun, secara psikologis, hal ini bisa menimbulkan berbagai dampak seperti rendahnya harga diri, kecemasan, rasa tidak berharga, hingga depresi," kata Kasandra saat dihubungi, Senin, 21 Juli 2025.
 

Baca juga: 5 Peran Penting Orang Tua dalam Memenuhi Hak Anak

Pendapat ini juga sejalan dengan teori social comparison yang dikemukakan oleh Leon Festinger (1954), yang menyatakan bahwa individu cenderung menilai dirinya berdasarkan perbandingan sosial. Ketika perbandingan itu bersifat negatif, anak bisa tumbuh dengan perasaan tidak cukup baik dan mulai meragukan kemampuan dirinya sendiri.

Selain itu, Kasandra juga merujuk pada teori Albert Bandura (1977) yang menyebutkan bahwa kepercayaan diri anak terbentuk dari pengalaman keberhasilan dan dukungan positif dari lingkungan sekitar. Jika anak terus-menerus dibandingkan dan jarang mendapat penguatan positif, kepercayaan dirinya bisa runtuh dan motivasinya melemah.

Lebih jauh lagi, ia mengaitkan hal ini dengan teori attachment dari John Bowlby (1969), yang menekankan pentingnya hubungan emosional yang aman antara anak dan orang tua. 

Ketika anak merasa tidak diterima apa adanya karena selalu dibandingkan, maka kedekatan emosional pun terganggu, dan anak berisiko tumbuh dengan rasa tidak aman dan kesulitan membangun hubungan yang sehat di kemudian hari.

Menghentikan kebiasaan membandingkan anak adalah langkah awal untuk benar-benar memuliakan mereka sebagai generasi penerus bangsa. Jadikan Hari Anak Nasional sebagai titik balik menuju pola asuh yang lebih empatik, penuh apresiasi, dan jauh dari tekanan yang tidak perlu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)