Bunga jambu mete yang sudah terkena abu vulkanis dari erupsi gunung berapi Lewotobi Laki-laki di Flores Timur. Dokumentasi/ Media Indonesia
Sikka: Para petani di lima desa wilayah Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluh gagal panen. Bahkan kesulitan ekonomi mulai mendera warga akibat terdampak letusan gunung berapi Lewotobi Laki-laki.
Sejak erupsi yang terjadi pada Desember 2023, hasil kebun seperti jambu mete, kakao, kemiri, kopi bahkan kelapa enggan berbuah karena sering diguyur material vulkanis. Kondisi tersebut semakin parah lantaran curah hujan rendah.
"Akibatnya tanaman-tanaman tersebut tidak berbuah maksimal seperti tahun-tahun sebelumnya, penghasilan pun semakin tidak menentu," kata warga Desa Timu Tawa, Fernandes Natadua, dalam keterangan dikutip, Sabtu, 26 Juli 2025.
Material vulkanis yang panas dan menumpuk menghambat proses penyerbukan sehingga bunga cepat terkena penyakit, hangus, dan gugur.
"Pada bagian bunga jambu mete yang dipenuhi abu lama kelamaan terlihat titik-titik hitam bahkan ada yang hangus dan gugur. Ada juga yang berbuah tetapi tidak sehat," jelas Fernandes.
Hal serupa terjadi pada tanaman kelapa dan kemiri. Bunga bahkan buahnya gugur sebelum waktunya.
“Bahkan, kalau kelapa, isinya rusak kalau dibelah. Sebelum erupsi, kami biasa jual sampai puluhan kilo hasilnya dan dapat uang yang bisa penuhi kebutuhan sehari-hari," jelas Fernandes tanpa merinci berapa rupiah hasil yang ia dapatkan.
Namun setelah terjadi erupsi, ia hanya mendapatkan empat sampai lima kilogram kemiri. Itu pun butuh waktu satu bulan untuk mengumpulkannya.
Menurut Fernandes kondisi ini membuat para petani sulit membiayai sekolah anak.
"Saya kesulitan membiayai sekolah anak saya ke jenjang Perguruan Tinggi karena tidak ada penghasilan dari kebun. Sekarang dia menganggur dan membantu saya di kebun. Padahal dia punya niat untuk sekolah," ungkap Fernandes.