Ilustrasi: Medcom.id
Fajar Nugraha • 25 July 2025 09:35
Jakarta: Pertempuran antara Thailand dan Kamboja menjadi sangat mengkhawatirkan dan bisa mengguncang stabilitas ASEAN. Pemerintah Indonesia pun bersuara atas krisis ini.
“Indonesia mengikuti secara seksama perkembangan di perbatasan Thailand dan Kamboja,” pernyataan Kementerian Luar Negeri yang dikutip dari akun X resmi, Jumat 25 Juli 2025.
“Kami yakin sebagai negara yang bertetangga, kedua negara akan kembali ke cara-cara damai untuk menyelesaikan perbedaan mereka, sejalan dengan prinsip-prinsip yang tercermin dalam Piagam ASEAN dan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama,” imbuh pernyataan itu.
“Pemerintah Republik Indonesia juga terus memantau keselamatan dan keberadaan warga negara Indonesia yang tinggal di daerah terdampak,” ujar pihak Kementerian.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh mengimbau warga negara Indonesia (WNI) di Kamboja tetap tenang, meskipun saat ini terjadi ketegangan antara Kamboja dengan Thailand, WNI diminta tetap waspada.
KBRI juga menganjurkan WNI menghindari atau membatasi perjalanan ke wilayah terdampak,” imbuh imbauan.
KBRI juga meminta WNI untuk mengikuti perkembangan dari sumber-sumber resmi, baik dari otoritas Kamboja, media terpercaya atau media resmi KBRI Phnom Penh.
Sementara KBRI Bangkok, Thailand mengeluarkan imbauan kepada WNI memperhatikan kondisi keamanan di tengah ketegangan dengan Kamboja.
KBRI mengimbau WNI yang berada di Thailand khususnya di Provinsi Surin, Buri Ram, Si Sa Ket, Sa Kaeo, Trat dan Ubon Ratchani untuk mencermati perkembangan kondisi keamanan dari sumber-sumber resmi dan mengikuti instruksi pemerintah setempat. Berdasarkan data Lapor Diri, saat ini terdapat 15 WNI yang tersebar di wilayah sekitar perbatasan Thailand-Kamboja, yaitu Trat, Sa Kaeo dan Ubon Ratchathani.
Bentrokan antara militer Thailand dan Kamboja kembali pecah di perbatasan kedua negara pada Kamis, 24 Juli 2025, menandai eskalasi serius dari sengketa perbatasan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Kedua pihak saling menuduh sebagai pihak pemicu serangan lintas batas terbaru, yang telah mengakibatkan jatuhnya korban sipil dan evakuasi massal ribuan warga.