Latihan militer Amerika Serikat dan Filipina picu kecaman Tiongkok. Foto: Anadolu
Beijing: Pemerintah Tiongkok mengkritik keras latihan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Filipina yang dimulai pada Senin 21 April 2025, dengan menyebut kegiatan tersebut sebagai ancaman bagi stabilitas strategis regional serta potensi pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik.
Dalam pernyataan resmi di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menuduh Filipina bekerja sama dengan negara luar untuk melakukan latihan militer berskala besar yang melibatkan berbagai jenis senjata strategis dan taktis.
“Filipina, bersama negara eksternal, telah menggelar latihan militer besar, memperkenalkan dan menempatkan sistem persenjataan strategis yang secara serius mengganggu stabilitas kawasan dan merugikan prospek pertumbuhan ekonomi regional,” tegas Guo, seperti dikutip Anadolu, Selasa 22 April 2025.
Latihan tahunan bertajuk “Balikatan” yang berarti “bahu membahu” tahun ini melibatkan sekitar 18.000 personel dari kedua negara. Lokasi utama berada di Selat Luzon, wilayah strategis yang memisahkan Pulau Luzon di Filipina dan Taiwan. Latihan ini berlangsung dari 21 April hingga 9 Mei.
Sorotan utama Tiongkok
Beijing juga menyoroti keterlibatan pasukan asing di dekat Taiwan, yang menurut Tiongkok merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayahnya. Guo menegaskan bahwa isu Taiwan adalah urusan internal Tiongkok dan menyampaikan peringatan keras kepada negara-negara yang mencoba memanfaatkannya untuk kepentingan militer.
“Pertanyaan Taiwan adalah inti dari kepentingan inti Tiongkok. Kami dengan tegas menolak segala upaya menggunakan isu ini sebagai alasan untuk meningkatkan pengerahan militer, memicu ketegangan, serta merusak perdamaian dan stabilitas regional,” lanjutnya.
Guo juga memperingatkan bahwa segala bentuk provokasi terkait Taiwan akan berdampak serius.
“Siapa pun yang bermain api, pada akhirnya akan membakar dirinya sendiri,” ujarnya.
Latihan pertama untuk peluncuran rudal jarak menengah AS
Dalam latihan tahun ini, satu resimen Korps Marinir AS turut membawa sistem rudal Naval Strike Missile, yang untuk pertama kalinya dikerahkan di wilayah Filipina. Sistem ini diklaim memiliki jangkauan operasional lebih dari 185 kilometer dan akan diposisikan di titik strategis pada rantai pulau pertama antara Taiwan dan Filipina.
Letnan Jenderal James Glynn dari Korps Marinir AS mengatakan bahwa latihan ini menunjukkan kesiapan serta kapabilitas untuk menegakkan perjanjian pertahanan bersama yang telah berlangsung sejak 1951.
“Kami akan tunjukkan tidak hanya komitmen kami terhadap perjanjian tersebut, tetapi juga kemampuan luar biasa untuk melaksanakannya,” kata Glynn saat upacara pembukaan di Manila.
Mayor Jenderal Francisco Lorenzo dari militer Filipina menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan negaranya dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks.
Selain AS dan Filipina, negara lain seperti Jepang dan Australia juga mengirimkan kontingen berukuran kecil dalam latihan tersebut.
Meski mendapat partisipasi internasional, Tiongkok menilai bahwa keikutsertaan kekuatan ekstra-regional justru mendorong Filipina menjauh dari kerja sama kawasan dan meningkatkan ketegangan dengan negara-negara tetangga.
“Keterlibatan pihak luar telah menempatkan Filipina dalam posisi konfrontatif dengan negara-negara regional, memicu penolakan dan kecaman keras,” tutur Guo.
Latihan Balikatan tahun ini dilangsungkan di tengah meningkatnya gesekan geopolitik di Laut Tiongkok Selatan serta meningkatnya sensitivitas atas situasi di Selat Taiwan.
(Muhammad Reyhansyah)