Tim pencari Myanmar bekerja keras temukan korban gempa. Foto: Xinhua
Fajar Nugraha • 31 March 2025 22:48
Mandalay: Myanmar pada Senin 31 Maret 2025 mengumumkan masa berkabung nasional selama seminggu atas gempa bumi dahsyat yang terjadi di negara itu, karena jumlah korban tewas telah melewati 2.000. Sementara harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat di antara reruntuhan bangunan pun memudar.
“Bendera nasional akan dikibarkan setengah tiang hingga 6 April sebagai bentuk simpati atas hilangnya nyawa dan kerusakan akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo pada Jumat,” kata junta yang berkuasa dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Pengumuman tersebut disampaikan saat tempo dan urgensi upaya penyelamatan mulai berkurang di Mandalay, salah satu kota yang paling parah terkena dampak dan kota terbesar kedua di negara itu, dengan lebih dari 1,7 juta penduduk.
"Situasinya sangat buruk sehingga sulit untuk mengungkapkan apa yang sedang terjadi," kata Aung Myint Hussein, kepala pengurus masjid Sajja Utara di Mandalay.
Orang-orang berkemah di jalan-jalan di Mandalay untuk malam ketiga berturut-turut, karena tidak dapat kembali ke rumah yang hancur atau karena khawatir akan gempa susulan yang berulang yang mengguncang kota tersebut selama akhir pekan.
Sebagian orang memiliki tenda, tetapi banyak, termasuk anak-anak kecil, hanya tidur di atas selimut di tengah jalan, berusaha menjauh dari bangunan sebisa mungkin karena takut akan runtuhnya tembok.
Junta militer mengatakan pada Senin bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 2.056, dengan lebih dari 3.900 orang terluka dan 270 orang masih hilang.
Sebanyak tiga warga negara Tiongkok termasuk di antara yang tewas, kata media pemerintah Tiongkok, bersama dengan dua orang Prancis, menurut kementerian luar negeri di Paris.
Setidaknya 19 kematian telah dikonfirmasi ratusan kilometer jauhnya di ibu kota Thailand, Bangkok, tempat kekuatan gempa menyebabkan blok menara 30 lantai yang sedang dibangun runtuh.
Namun, dengan terputusnya komunikasi di sebagian besar Myanmar, skala sebenarnya dari bencana tersebut belum diketahui dan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat secara signifikan.