Bully Presiden Afrika Selatan di Gedung Putih, Trump Gunakan Bukti Palsu

Pertemuan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dengan Donald Trump di Gedung Putih. Foto: The New York Times

Bully Presiden Afrika Selatan di Gedung Putih, Trump Gunakan Bukti Palsu

Fajar Nugraha • 23 May 2025 18:10

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu kontroversi diplomatik dengan menyajikan gambar dari Republik Demokratik Kongo sebagai “bukti” pembunuhan massal petani kulit putih di Afrika Selatan, dalam sebuah pertemuan Oval Office yang tegang bersama Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.

Melansir dari Brisbane Times, Jumat 23 Mei 2025, Trump mengangkat cetakan artikel yang menampilkan cuplikan gambar yang diklaim sebagai prosesi pemakaman petani kulit putih, sembari mengatakan, “Ini semua adalah petani kulit putih yang sedang dimakamkan.” 

Namun, gambar tersebut sebenarnya berasal dari video media Reuters yang direkam pada 3 Februari di kota Goma, Kongo, saat para pekerja kemanusiaan mengangkat kantong jenazah korban konflik antara militer dan pemberontak M23 yang didukung Rwanda.

Blog konservatif American Thinker menjadi sumber artikel yang digunakan Trump. Meskipun blog tersebut tidak memberi keterangan gambar, mereka menyertakan tangkapan layar dari video YouTube tentang konflik di Kongo dan mengaitkannya secara tidak langsung dengan isu rasial di Afrika Selatan.

Andrea Widburg, editor pelaksana American Thinker sekaligus penulis artikel tersebut, mengakui dalam pernyataan kepada Reuters bahwa Trump “salah mengidentifikasi gambar” itu. Namun, ia tetap membela tulisan yang menyebut pemerintahan Ramaphosa sebagai “pemerintahan Marxis yang disfungsional dan terobsesi pada ras”, serta menyoroti “tekanan yang meningkat terhadap warga kulit putih di Afrika Selatan.”

Djaffar Al Katanty, jurnalis video Reuters yang merekam gambar asli dari Goma, mengaku terkejut saat melihat hasil liputannya digunakan oleh Trump.

“Di depan seluruh dunia, Presiden Trump menggunakan gambar saya, apa yang saya rekam di (Kongo) untuk mencoba meyakinkan Presiden Ramaphosa bahwa di negaranya, orang kulit putih sedang dibunuh oleh orang kulit hitam,” ujarnya.

Klarifikasi fakta

Selama pertemuan tersebut, Trump juga memutar video lain yang ia klaim menunjukkan situs pemakaman bagi “lebih dari seribu” petani kulit putih di Afrika Selatan. Ia mengatakan, “Ini adalah lokasi pemakaman. Lebih dari seribu petani kulit putih.”

Namun, analisis The New York Times menunjukkan bahwa video itu berasal dari prosesi penghormatan tahun 2020 untuk sepasang suami istri petani kulit putih yang dibunuh, bukan pemakaman massal.

Menurut The Times, salib-salib putih yang tampak dalam video merupakan bagian dari protes simbolis dan telah dicabut setelah acara berlangsung. Seorang pejabat Gedung Putih kemudian menyatakan bahwa “setiap salib mewakili petani yang dibunuh,” namun tidak menjelaskan mengapa Trump menggambarkannya sebagai lokasi pemakaman.

Klaim Trump ini juga dikaitkan dengan unggahan Elon Musk di platform X. Musk, yang berasal dari Afrika Selatan dan juga hadir dalam pertemuan tersebut, diduga membagikan video serupa sebelumnya.

Trump mengangkat isu ini saat Ramaphosa sedang berada di Washington untuk memperbaiki hubungan diplomatik yang menegang akibat kritik AS terhadap kebijakan pertanahan Afrika Selatan dan tuduhan perlakuan buruk terhadap minoritas kulit putih, klaim yang dibantah keras oleh pemerintah Afrika Selatan.

Menurut data terakhir, warga kulit putih mencakup sekitar 7 persen dari total populasi Afrika Selatan yang berjumlah lebih dari 60 juta jiwa. Negara ini memang mencatat tingkat pembunuhan yang sangat tinggi. Namun, berdasarkan data resmi dari akhir 2024, hanya 12 orang tewas dalam serangan terhadap lahan pertanian, dan hanya satu dari mereka yang diketahui sebagai petani, dengan sebagian besar korban adalah penghuni atau pekerja lahan yang kemungkinan besar merupakan warga kulit hitam.

Insiden ini menyoroti dampak penyebaran informasi keliru dalam konteks hubungan luar negeri serta pentingnya verifikasi data, terutama saat menyangkut isu sensitif seperti ras, kekerasan, dan sejarah kolonial.


(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)