Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 2 June 2025 15:34
Jakarta: Pengamat pertambangan dan energi Ferdy Hasiman menilai Indonesia akan sulit mendatangkan investasi selama persoalan yang dihadapi investor seperti gangguan organisasi masyarakat (ormas)/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aturan perizinan yang tidak jelas, tidak dibenahi pemerintah. Langkah hilirisasi yang digadang-gadang pemerintah pun cuma akan menjadi upaya semu.
"Percuma saja Presiden Prabowo kunjungi negara ke negara untuk yakinkan investor, jika tidak benahi birokrasi dan aturan main investasi di negeri ini. Karena, mereka (investor) ingin Indonesia itu harus ramah investor, malas yang gaduh-gaduh. Untuk itu, ego antar sektor kementerian dan keberadaan ormas atau LSM harus dihilangkan untuk mengejar tercapainya Asta Cita," ucap Ferdy dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 2 Juni 2025.
Masalah gangguan ormas/LSM pernah dihadapi beberapa perusahaan/investor di Indonesia, seperti tekanan ormas kepada perusahaan otomotif, BYD, di Subang; pemalakan tender oleh anggota Kadin kepada Chengda Engineering Co, kontraktor dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di Cilegon, Banten; permasalahan nikel yang dikelola Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah; hingga permasalahan AMDAL yang dihadapi PT Dairi Prima Mineral (DPM) di Dairi, Sumatra Utara.
Ferdy yang juga merupakan peneliti Alpha Research Database Indonesia itu meminta pemerintah agar lebih serius untuk menyelesaikan hambatan-hambatan investasi, khususnya bagi investor Tiongkok.
"Pemerintah harus lebih tegas dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha asal Tiongkok, apalagi Tiongkok merupakan salah satu negara asal investasi terbesar di Indonesia," jelas dia.
Baca juga: CIO Danantara Spill Sejumlah Sektor Dilirik Investor Tiongkok |