Serangan di Masjid Nigeria, 50 Orang Dilaporkan Tewas

Katsina: Jumlah korban tewas akibat serangan bersenjata di sebuah masjid di negara bagian Katsina, barat laut Nigeria, meningkat menjadi sedikitnya 50 orang. Insiden terjadi pada Selasa, 19 Agustus 2025 saat jamaah sedang melaksanakan shalat subuh di kota Unguwan Mantau, kata anggota parlemen setempat Aminu Ibrahim.

“Para bandit menembak mati 30 orang dan membakar 20 lainnya dalam serangan di sejumlah desa,” ujar Ibrahim di hadapan parlemen negara bagian, seperti dikutip ABC News, Kamis, 21 Agustus 2025.

Hingga kini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Serangan semacam ini kerap terjadi di wilayah barat laut dan tengah Nigeria, di mana konflik antara petani dan penggembala memanas akibat perebutan lahan dan akses air. Bulan lalu, serangan serupa di wilayah tengah Nigeria menewaskan sedikitnya 150 orang.

Menurut otoritas setempat, konflik tersebut kian mematikan dalam beberapa tahun terakhir karena semakin banyak penggembala yang bersenjata.

Komisaris negara bagian Katsina, Nasir Mu’azu, mengatakan pasukan militer dan polisi telah dikerahkan ke Unguwan Mantau untuk mencegah serangan lanjutan. Ia menambahkan, para penyerang kerap bersembunyi di ladang saat musim hujan sebelum melancarkan serangan ke desa-desa.

Menurut Mu’azu, serangan ke masjid itu kemungkinan merupakan aksi balas dendam setelah warga Unguwan Mantau menyerang kelompok bersenjata pada akhir pekan lalu dan menewaskan beberapa orang di antara mereka.

Kelompok bersenjata mengeksploitasi lemahnya kehadiran aparat keamanan di kawasan kaya mineral Nigeria. Mereka sering menyerang desa serta pengguna jalan utama.

Pertikaian petani dan penggembala semakin tajam. Para petani menuduh penggembala, mayoritas berasal dari etnis Fulani merusak ladang mereka, sementara penggembala bersikeras bahwa lahan itu merupakan jalur penggembalaan yang telah dilegalkan sejak 1965.

Selain konflik tersebut, Nigeria juga masih berjuang menghadapi pemberontakan Boko Haram di timur laut, yang menurut PBB telah menewaskan lebih dari 35.000 warga sipil dan membuat lebih dari 2 juta orang mengungsi.