acara Citcom Connext 2025 pada Selasa, 22 April 2025 di Bandung. Istimewa
Whisnu Mardiansyah • 23 April 2025 21:08
Bandung: Pemerintah, komunitas, dan dunia usaha berkumpul dalam acara Citcom Connext 2025 pada Selasa, 22 April 2025 di Bandung. Peserta dari berbagai macam profesi ini mendiskusikan dan merumuskan bersama arah adaptasi masyarakat merespons perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang semakin kompleks dan berkembang pesat.
Citcom Connext 2025 merupakan event konferensi teknologi informasi terbesar di Kota Bandung yang mempertemukan para pengusaha dan pengembang teknologi informasi, pemerintah dan berbagai lapisan masyarakat lainnya. Mengusung Tema “Decode AI Unchain Future”, konferensi yang disertai pameran 26 perusahaan teknologi informasi ini bertujuan untuk duduk bersama menentukan arah adopsi AI di Indonesia dengan keterlibaran masyarakat luas dari berbagai macam bidang.
Pemerintah yang diwakili Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi) menyatakan bahwa Artificial intelligence adalah salah satu game changer untuk meningkatkan produktivitas. Komdigi merujuk Stanford University yang mengungkapkan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling optimistis terhadap AI. Ke depan, Kemenkomdigi melihat untuk menuju 2030 ekonomi Indonesia akan semakin terdigitalisasi dan semakin banyak aplikasi menggunakan AI. Komdigi melihat bahwa AI akan semakin melekat dalam keseharian masyarakat.
“Kita (Komdigi) sedang mempersiapkan AI roadmap beserta aturan ethics-nya. Kita sedang mempersiapkan diri menyambut era Artificial Intelligence dan akan mengambil keuntungan dari keberadaan AI. Kami saat ini juga tengah berupaya meningkatkan peningkatan SDM Indonesia supaya melek literasi digital, memperbaiki industri untuk meningkatkan infrastruktur digital dan regulasi yang dapat mendukung adopsi teknologi baru," ujar Dirjen Ekosistem Digital Komdigi RI Edwin Hidayat Abdullah di Bandung, Selasa, 22 April 2025.
Sementara itu Menteri Komunikasi dan Digital RI Meutya Hafid dalam videonya menekankan Pemerintah mendukung pengembangan AI dengan pelibatan berbagai pihak. Seperti halnya misi Citcom Connext 2025. Meutya mengatakan bahwa inovasi harus lahir dari masyarakat yang hidup Bersama dan berinovasi dalam ekosistem digital itu sendiri.
“Pemerintah mendukung pengembangan AI secara bertanggung jawab dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Kebijakan yang baik hanya akan efektif bila kita bangun Bersama-sama oleh mereka yang hidup bekerja dan berinovasi di dalam ekosistem digital itu sendiri. Untuk mengptimalkan potensi AI , pemerintah telah menetapkan lima prioritas strategis nasional yaitu peningkatan layanan Kesehatan, efisiensi birokrasi, Pendidikan talenta digital, pengembangan kota pintar dan ketahanan pangan berbasis teknologi," ujar Meutya Hafid dalam sambutannya via video.
Senada dengan Komdigi, Pemerintah Kota Bandung yang diwakili Wakil Wali Kota Bandung Erwin Affandi menyambut optimis adaptasi dengan AI. Ia menyatakan akan mendukung kolaborasi yang luas bagi komunitas teknologi untuk berpartisipasi dalam merancang solusi kota. Ia menyatakan bahwa Kota Bandung siap menghadapi tantangan ke depan dengan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Kami percaya inovasi terbaik lahir dari partisipasi masyarakatnya. Diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, komunitas, akademisi dan tentunya para pelaku industri. Maka diharapkan Citcom Connext 2025 menjadi katalisator lahirnya solusi-solusi inovatif dan kolaborasi lintas sektor yang konkret," kata Erwin.
Sementara itu dunia usaha mendukung penuh adopsi AI yang lebih luas, meskipun tetap memperingatkan sejumlah potensi yang tidak baik misalnya dijualnya produk-produk AI Indonesia nantinya ke luar negeri. Penjualan produk AI ke luar negeri berpotensi membuat kita dipetakan oleh pihak luar karena AI dikembangkan berdasarkan big data yang ada.
“Kita contohkan dalam kasus misalnya QRIS itu memuat berbagai macam data transaksi,dan pola konsumsi satu negara. Saat ini ada intensi menggantikan QRIS dengan mekanisme dari luar negeri yang menyebabkan data bisa bocor ke pihak luar. Ke depan apabila pengusaha kita mengembangkan AI untuk medukung pendidikan, pertanian dan perikanan, jangan sampai kemudian dijual ke pihak luar hanya karena jumlah uang. Hal ini karena mereka akan menguasai data-data masyarakat Indonesia dan dapat memetakan kita” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) Soegiharto Santoso.
Sabrang yang merupakan Filsuf dan Praktisi AI sekaligus pimpinan Symbolic.id menyatakan perlu dipahami bahwa sejauh mana AI dapat bekerja dan apa risiko yang dapat ditimbulkan bagi masing-masing orang. Menurutnya, AI diciptakan untuk meningkatkan kapabilitas manusia, dalam hal ini mengefisiensikan waktu dan energi. AI spesial karena memangkas banyak langkah untuk menghasilkan sesuatu jauh lebih banyak ketimbang teknologi terdahulu.
“Semakin simpel pekerjaan seseorang, misalnya pekerjaan cleaning service maka akan semakin cepat pekerjaannya digantikan oleh Artificial Intelligence. Semakin kompleks pekerjaan seseorang maka akan semakin sulit digantikan oleh Artificial Intelligence, pekerjaan kompleks ini misalnya level manajer dan CEO. Saat ini, Artificial Intelligence sudah pada tahapan dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang kompleks tersebut," kata Sabrang.
Dalam dunia olahraga, Optimisme pun disampaikan Adhitia Herawan yang merupakan CEO Persib Bandung. Ia menyatakan bahwa AI sangat membantunya dalam menganalisa jalannya permainan sepakbola, kualitas pemain hingga pemain mana yang harus diganti pada babak kedua permainan.
“Terdapat kamera yang merekam real time semua pergerakan pemain. Statistik bahwa Persib Bandung permainannya lebih baik di babak kedua adalah karena AI mencatat atribut matrix pergerakan bahkan hingga detak jantung. Komparasi data pertandingan dan Latihan. Hal-hal seperti arah passing dan hitmap tergambar semua secara jelas dalam Analisa AI," kata Adhitia.
Terakhir, tanggapan positif diutarakan oleh Martyn Terpilowski yang optimis bahwa AI hanya akan menggantikan manusia di sektor-sektor pekerjaan yang manusia tidak ingin lakukan. Kepercayaan ini mengingat perusahaan-perusahaan AI seperti Open AI dan Chat GPT telah menginvestasikan miliaran dolar Amerika Serikat untuk merugikan manusia. Menurutnya menjadi tantangan adalah kemauan dan komitmen pemerintah untuk membuat perubahan regulasi yang mempersulit kepercayaan investor terutama terkait teknologi AI.
“Kita harus fokus kepada inovasi dan pemerintah harus mendukung inovasi di bidang AI. Sebab, orang akan berinvestasi ke sektor usaha AI adalah dengan tujuan penjaminan yang jelas dari pemerintah bahwa bisnis tersebut dapat bertahan dari generasi ke generasi. Sejauh ini tantangan yang masih ada adalah regulasi yang menyulitkan investor dan perlu disimplifikasi. Menurutnya, Indonesia perlu lebih membuka diri dengan mempermudah investasi dari luar seperti layaknya Vietnam. Hingga saat ini, banyak Perusahaan teknologi telah berinvestasi di Viernam seperti contoh salah satunya adalah Intel," pungkas Martyn.