Kapal tanker Venezuela yang disita oleh Amerika Serikat. Foto: Planet Labs/The New York Times
Venezuela Tuntut Hukuman Penjara bagi Pendukung Blokade Kapal Tanker AS
Fajar Nugraha • 24 December 2025 09:05
Caracas: Parlemen Venezuela, pada Selasa, 23 Desember, mulai memperdebatkan rancangan undang-undang (RUU) yang akan menjatuhkan hukuman penjara jangka panjang bagi warga negara yang mendukung blokade kapal tanker minyak oleh Amerika Serikat (AS). Pemerintah Venezuela melabeli tindakan AS tersebut sebagai aksi pembajakan.
Majelis Nasional, yang didominasi oleh partai penguasa pendukung Presiden Nicolas Maduro, secara bulat telah menyetujui RUU tersebut pada pembacaan pertama Senin.
“RUU yang bertajuk Undang-Undang Penjaminan Kebebasan Navigasi dan Perdagangan ini, mengusulkan hukuman penjara 15 hingga 20 tahun serta denda melebihi USD1 juta (sekitar Rp15,5 miliar) bagi warga Venezuela yang terbukti mempromosikan atau mendukung blokade minyak asing,” sebut laporan dari AFP, Rabu 24 Desember 2025.
Langkah legislatif ini muncul di tengah eskalasi ketegangan setelah pasukan AS menyita kapal tanker minyak kedua yang mengangkut minyak mentah Venezuela pada akhir pekan lalu. Sebelumnya, pada 16 Desember, Presiden AS Donald Trump mengumumkan blokade total dan lengkap terhadap kapal-kapal minyak yang terkena sanksi di perairan Venezuela.
Situasi ini merupakan puncak dari ketegangan yang dimulai sejak September, saat Washington mengerahkan kekuatan angkatan laut besar-besaran di Karibia. AS mengeklaim operasi tersebut sebagai upaya antinarkotika, namun Caracas menuduh hal itu sebagai kedok untuk mengganggu ekspor minyak mereka.
Lebih dari 100 orang dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan AS terhadap kapal-kapal yang dituduh terlibat perdagangan narkoba. Beberapa keluarga korban dan pemerintah regional membantah tuduhan AS tersebut dan menyatakan bahwa korban tewas mencakup para nelayan setempat.
Pemimpin oposisi, Maria Corina Machado, yang keberadaannya saat ini tidak diketahui setelah melakukan perjalanan ke Oslo untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian, menyatakan dukungannya terhadap sanksi AS dan pengerahan militer di Karibia. Menanggapi hal tersebut, Maduro menuduh tokoh-tokoh oposisi telah berkolusi dengan kekuatan asing untuk mendestabilisasi negara.
Saat ini, Venezuela memproduksi sekitar satu juta barel minyak mentah per hari, yang sebagian besar dijual di pasar gelap dengan harga diskon tinggi akibat sanksi AS yang berlaku sejak 2019. Di sisi lain, Rusia telah menyatakan dukungan penuh bagi Caracas seiring dengan krisis yang kian mendalam.
(Kelvin Yurcel)