Ekonomi Digital Asia Tenggara Menurun di 2023

Transformasi digital. Foto: Medcom.id.

Ekonomi Digital Asia Tenggara Menurun di 2023

Arif Wicaksono • 1 November 2023 20:22

Singapura: Ekonomi digital di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 11 persen dalam setahun pada 2023 atau melambat dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 20 persen.

Laporan tersebut, yang diterbitkan oleh Google, investor negara Singapura Temasek Holdings, dan konsultan bisnis global Bain & Company, juga mengatakan ekonomi internet di kawasan ini diperkirakan mencapai USD295 miliar pada 2025, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar USD330 miliar.

"Sektor ekonomi digital menunjukkan lintasan pertumbuhan yang positif, dengan perjalanan dan transportasi yang berada pada jalur untuk melampaui tingkat sebelum pandemi pada 2024,” kata mereka dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 1 November 2023.

Partner dan Head of Vector di Asia-Pasifik, Bain & Company Florian Hoppe menjelaskan pemangkasan perkiraan ini terutama disebabkan oleh perubahan tujuan jangka panjang dan stabilisasi pascapandemi, dan hal ini kini akan menjadi landasan yang cukup stabil menuju tahun 2025.

Wilayah yang terdiri dari 11 negara ini memiliki lebih dari setengah miliar penduduk, dengan mayoritas penduduknya berusia muda, penggunaan ponsel pintar yang meluas, dan kelas menengah yang terus bertambah, menjadikannya salah satu pasar internet dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Ekonomi digital Vietnam diperkirakan akan tumbuh sebesar 20 persen per tahun pada periode 2023-2025 dan diperkirakan akan mencapai sekitar USD45 miliar pada tahun 2025, yang tercepat di Asia Tenggara bersama dengan Filipina, menurut laporan tersebut.

“Pembayaran digital terus tumbuh di Vietnam didorong oleh dukungan kuat dari pemerintah, investasi dari bank komersial, dan meluasnya popularitas kode QR,” kata laporan tersebut.

Tren ini diperkirakan akan semakin cepat karena bank sentral negara tersebut mempromosikan pembayaran tanpa uang tunai di daerah pedesaan dan terpencil.

Pendanaan swasta menurun

Laporan tersebut, yang juga mencakup Indonesia, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina, mengatakan bahwa pendanaan swasta untuk sektor-sektor yang terkait dengan ekonomi digital telah menurun ke tingkat 2017 dari rekor tertinggi pada 2021. Namun cadangan uang tunai untuk investasi masih meningkat meskipun ada investor menjadi semakin berhati-hati.

Laporan tersebut menambahkan penurunan ini sejalan dengan pergeseran global menuju tingginya biaya modal dan permasalahan pendanaan. Para pemodal ventura memiliki dana sebesar USD15,7 miliar untuk mendorong transaksi pada akhir tahun 2022.

"Ini benar-benar merupakan fungsi dari seberapa cepat perusahaan dapat bergerak menuju profitabilitas. Semakin cepat mereka melakukan hal ini, semakin cepat pendanaan akan kembali,” kata Head of Southeast Asia di Temasek Fock Wai Hoong.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)