Kapal yang digunakan pengungsi Rohingya berada di pinggir pantai Aceh. (AP/Reza Saifullah)
Willy Haryono • 24 December 2023 20:08
Dhaka: Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) khawatir terhadap nasib sekitar 185 pengungsi Rohingya yang diduga terombang-ambing di Samudra Hindia. Kekhawatiran ini didasarkan pada laporan bahwa kapal mereka yang berangkat dari Bangladesh mengalami kerusakan mesin.
Kelompok pengungsi tersebut dikabarkan didominasi perempuan dan anak-anak. Mereka disebut UNHCR sangat membutuhkan penyelamatan setelah mengalami kesulitan di dekat Kepulauan Andaman dan Nikobar.
Sejumlah Rohingya melarikan diri dari kamp pengungsi penuh sesak di Bangladesh, tempat mereka berlindung setelah kabur dari tanah air mereka di Myanmar.
Lebih dari 750.000 warga Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar pada 2017 setelah militer melancarkan tindakan kekerasan terhadap minoritas Muslim tersebut. Tak hanya itu, militer juga membakar rumah dan properti mereka.
Amerika Serikat (AS) menuduh militer Myanmar tekah melakukan genosida terhadap masyarakat Rohingya, sementara kasus genosida terhadap Myanmar sedang diproses di pengadilan tinggi PBB.
Badan PBB tersebut mengatakan setidaknya satu penumpang kapal telah meninggal, dan belasan lainnya berada dalam "kondisi kritis."
"Masih banyak lagi yang bisa meninggal di bawah pengawasan banyak negara pesisir jika tidak ada penyelamatan ke tempat aman terdekat," UNHCR memperingatkan.
"Ini benar-benar situasi yang menyedihkan," sambungnya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu, 24 Desember 2023.
Ribuan warga Rohingya yang mayoritas beragama Islam, yang mengalami penganiayaan berat di Myanmar, melakukan perjalanan laut berisiko dari negara mereka dan kamp pengungsi di Bangladesh setiap tahun untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.
Lebih dari 2.000 warga Rohingya diyakini telah melakukan perjalanan berisiko ke negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2022, menurut UNHCR. Sejak tahun lalu, lebih dari 570 orang, termasuk pengungsi Rohingya, dilaporkan tewas atau hilang di laut di wilayah tersebut.
Mengenai para pengungsi Rohingya yang saat ini terkatung-katung, badan tersebut menekankan bahwa "tragedi yang lebih besar dapat dicegah dengan upaya yang tepat waktu untuk menyelamatkan nyawa."
"Situasi ini sekali lagi menggarisbawahi pentingnya semua negara di kawasan ini mengerahkan seluruh kapasitas pencarian dan penyelamatan mereka untuk menghindari terjadinya bencana manusia pada skala ini," pungkasnya.
Baca juga: Lagi, Pengungsi Rohingya Terpingpong di Aceh