Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Foto: Dokumen Pertamina
Annisa Ayu Artanti • 18 October 2023 17:48
Italia: PT Pertamina (Persero) telah memiliki strategi dalam menghadapi isu transisi energi, dekarbonisasi, dan trilema energi.
Penerapan strategi itu dikatakan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati sebagai bentuk komitmen perseroan dalam mendukung penuh pemerintah Indonesia dan global dalam menghadapi tantangan di bidang energi saat ini.
“Saat ini roadmap Pertamina menggunakan strategi mendekarbonisasi bisnis karbon positif, mengembangkan bisnis karbon netral, dan memberikan kompensasi kepada bisnis karbon negatif, yang akan menghasilkan Net Zero Emisi,” jelas Nicke Widyawati saat menyampaikan kuliah umum di University of Naples "L'Orientale", Napoli, Italia, dikutip dari siaran pers, Rabu, 18 Oktober 2023.
Terkait dengan ketahanan energi, Pertamina akan terus mendukung target pemerintah Indonesia, untuk meningkatkan produksi migas. Produksi minyak ditargetkan meningkat menjadi satu juta barel per hari dan gas meningkat sebesar 12 BSCFD.
Pertamina juga memastikan ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, akseptabilitas, dan keberlanjutan energi bagi masyarakat. Salah satunya dengan menggulirkan program yang memudahkan masyarakat dalam mengakses energi, seperti program One Village One Outlet (OVOO), Pertashop, dan Program BBM Satu Harga di daerah terpencil.
Baca juga: Peran Penting Pertamina Ramaikan Pembukaan Bursa Karbon di Indonesia
Pertamina juga berkomitmen melakukan dekarbonisasi dalam aktivitas bisnis dan operasinya. Salah satunya, dengan mengintegrasikan pabrik kimia dan biofuel. Hal ini guna memastikan bahwa transisi energi tidak akan mengganggu ketahanan energi.
Sebagai bentuk komitmen, lanjut Nicke, Pertamina juga telah mengalokasikan 15 persen dari total capex untuk pengembangan portofolio bisnis rendah karbon/hijau. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata perusahaan energi lainnya.
Sebagai salah satu pemasok biofuel terbesar di dunia, Indonesia telah membangun industri biofuel. Sejak 2008 telah diterapkan biodiesel yang dicampur dengan bahan bakar minyak sawit yakni B5 hingga saat ini B35.
“Dengan program ini, kita dapat mengurangi impor bahan bakar fosil khususnya solar, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, dan pada saat yang sama kita mengurangi emisi, diperkirakan setara dengan 28 juta ton CO2 pada tahun 2022 saja,” tutur Nicke.
Nicke menambahkan, Pertamina melalui Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) juga terus membangun portofolio bisnis Energi Bersih yang luas. Hal itu sebagai fokus utama guna mendukung tujuan dekarbonisasi Pertamina dan Indonesia.