Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
New York: Dana Moneter Internasional (IMF) mengkritik keputusan pemerintahan Joe Biden yang secara agresif menaikkan tarif terhadap beberapa barang Tiongkok.
IMF juga menggarisbawahi ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia berisiko merugikan perdagangan dan pertumbuhan global.
"Pandangan kami adalah AS akan lebih terlayani dengan mempertahankan kebijakan perdagangan terbuka yang penting bagi kinerja ekonominya,” kata juru bicara IMF Julie Kozack, dilansir
Channel News Asia, Jumat, 17 Mei 2024.
Bulan lalu, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgvieva mengatakan IMF semakin vokal dalam mengkritik pemegang saham terbesar dan paling berpengaruh atas dampak global dari kebijakan-kebijakannya.
Hal ini mencakup melonjaknya tingkat utang Washington, pembatasan perdagangan dan kebijakan industri yang ditujukan kepada Tiongkok, dan bahkan dampak dari kebijakan moneter ketat Federal Reserve, yang telah melemahkan mata uang secara global terhadap dolar AS.
Kenaikan tarif barang impor Tiongkok
Presiden AS Joe Biden mengumumkan kenaikan tarif besar-besaran pada sejumlah impor Tiongkok, termasuk kendaraan listrik, dalam upaya tahun pemilu untuk meningkatkan manufaktur dalam negeri di industri-industri penting.
Penasihat ekonomi utama presiden, Lael Brainard membela tarif baru yang diperlukan untuk melindungi manufaktur baru-baru ini dan peningkatan lapangan kerja di AS dari ekspor yang harganya terlalu rendah dari Tiongkok.
Penelitian IMF menunjukkan fragmentasi dalam perekonomian global dapat menimbulkan berbagai dampak, termasuk potensi kerugian terhadap produk domestik bruto global sebanyak tujuh persen jika terjadi “fragmentasi parah”, yang setara dengan output gabungan perekonomian Jerman dan Jepang. Kerugiannya akan lebih tinggi jika terjadi gangguan dalam perdagangan dan ketersediaan teknologi.
"Kami juga mendorong AS dan Tiongkok untuk bekerja sama menuju solusi yang mengatasi kekhawatiran mendasar yang memperburuk ketegangan perdagangan," jelas dia.