Mantan presiden AS Donald Trump saat berbicara dalam wawancara dengan Fox News di Carolina Selatan, 20 Februari 2024. (AP)
Florida: Donald Trump, eks presiden Amerika Serikat (AS), membandingkan masalah hukum yang menjeratnya saat ini dengan persekusi yang dialami Alexei Navalny, tokoh oposisi Rusia yang meninggal dunia di penjara pekan lalu.
Trump, yang saat ini menjadi kandidat terdepan untuk nominasi pemilu tahun 2024 dari Partai Republik, sekali lagi menolak mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin atas kematian Alexei Navalny yang tidak dapat dijelaskan. Padahal, kesempatan kritik terbuka lebar saat Trump hadir dalam pertemuan di Carolina Selatan.
Navalny meninggal dunia secara mendadak pada usia 47 tahun di penjara Arktika Rusia. Kematiannya mengejutkan pihak oposisi Rusia dan negara-negara Barat, di mana para pemimpin, termasuk Presiden AS Joe Biden, menyalahkan Kremlin atas kematian tersebut.
Baca juga: Oposisi Rusia Alexei Navalny Tewas, Biden Marah Besar kepada 'Preman Putin'
Dalam penampilan selama satu jam yang disiarkan di Fox News, Trump mencela denda USD355 juta yang dijatuhkan kepadanya dalam persidangan penipuan di New York, dengan mengatakan bahwa hal itu merupakan 'semacam' Navalny.
"Itu adalah bentuk komunisme atau fasisme," tutur Trump, mengutip dari laman Digital Journal, Rabu, 21 Februari 2024.
Vladimir Putin
Meski mendapat dorongan dari pembawa acara Laura Ingraham, Trump tidak menyebut nama Putin ketika ditanya tentang Navalny. Trump hanya menyesalkan "situasi yang sangat menyedihkan" seputar kematian Navalny.
"Dia adalah pria yang sangat berani karena dia kembali (ke Rusia). Dia bisa saja menjauh, dan sejujurnya, mungkin akan jauh lebih baik jika menjauh dan berbicara dari luar negeri," sebut Trump.
"Hal ini juga terjadi di negara kita. Kita sedang berubah menjadi negara komunis dalam banyak hal. Saya menjalani delapan atau sembilan persidangan, semuanya karena fakta bahwa saya berkecimpung dalam politik," sambungnya.
"Jika saya kalah dalam pemilu, mereka tidak akan membicarakan saya, dan saya tidak akan dikenakan biaya hukum apa pun," ujar Trump.
Rentetan Kasus Trump
Selain kasus penipuan perdata di New York, Trump menghadapi 91 dakwaan pidana, termasuk terkait dugaan campur tangan pemilu pada pemilu 2020, di mana dirinya kalah dari Joe Biden.
Dia memanfaatkan permasalahan hukumnya sebagai cara membangkitkan semangat para pendukung, seraya mengeklaim bahwa kasus-kasus di pengadilan "hanyalah cara menyakiti saya dalam pemilu."
Trump telah lama bersikap lunak terhadap Rusia, dan kadang-kadang mengungkapkan kekagumannya secara terbuka terhadap Putin, yang ia sebut sebagai seorang "genius."
Awal bulan ini, Trump secara efektif membatalkan rancangan undang-undang bipartisan yang akan mengirimkan bantuan militer senilai miliaran dolar ke Ukraina setelah meminta anggota Kongres AS dari Partai Republik untuk menolak RUU tersebut.
Dia juga baru-baru ini mengejutkan sekutu Barat setelah mengatakan bahwa dirinya akan 'mendorong' Rusia untuk menyerang anggota aliansi militer NATO yang tidak memenuhi kewajiban keuangan mereka.