Ramadan, Toleransi dan Pengaruh Puasa Terhadap Pesepak Bola

Kebersamaan Mohammed Elneny dengan Mohamed Salah. (Ramil Sitdikov / Sputnik via AP)

Ramadan, Toleransi dan Pengaruh Puasa Terhadap Pesepak Bola

Medcom • 14 March 2024 14:58

Jakarta: Para pesepak bola muslim di seluruh dunia selalu menghadapi dilema setiap kali Ramadan datang. Mereka harus memilih antara menjalankan ibadah puasa atau tetap memegang nilai-nilai profesionalitas yang biasanya tidak berjalan beriringan.

Dalam bulan Ramadan, umat muslim (yang sudah memenuhi syarat) di seluruh dunia diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, yakni tidak makan dan minum mulai dari terbit hingga tenggelamnya matahari.

Bagi pemain muslim, tentu ini menyisakan dilema. Di satu sisi, mereka harus menjalankan ibadah puasa. Namun, di sisi lain mereka juga harus bersikap profesional di mana mereka harus menjalani program latihan, bahkan melakoni pertandingan yang sulit untuk dijalani ketika berpuasa.

Dalam kondisi ini, klub biasanya memiliki kebijakan khusus. Ada yang membolehkan pemainnya menjalankan ibadah puasa, namun ada juga yang melarang berpuasa karena khawatir performa sang pemain menurun karena kurangnya asupan gizi dan mineral.

Baca juga: Para Pesepak Bola Top Dunia Turut Merayakan Datangnya Bulan Suci Ramadan

Mantan pemain Arsenal, Mohammed Elneny, tahun lalu, mengatakan bahwa para pesepak bola sebenarnya tidak terkena dampak besar selama Ramadan, meskipun ada persepsi bahwa mereka mungkin mengalami kesulitan karena kekurangan energi atau dehidrasi.

Pemain internasional Mesir ini berpendapat bahwa puasa memberikan kepuasan bagi pemain Muslim karena menunjukkan bahwa Tuhan senang dengan mereka.

"Bagi kami, itu bukan perbedaan besar. Kami senang karena Ramadan datang 30 hari dalam setiap tahun dan Anda tidak terlalu memikirkan seberapa lama Anda akan berpuasa. Kita melakukan sesuatu untuk Tuhan dan Tuhan senang jika kita melakukan ini," ujarnya.

"Setiap pesepak bola, perlu minum ketika berlatih. Setelah pelatihan, kami pun makan. Ramadan tidak memberikanmu hal ini, tapi memberikanmu hal lain, Ramadan memberimu kedamaian karena Tuhan akan senang denganmu dan rasa hormat yang akan kamu dapatkan dari orang-orang," lanjutnya.

Untuk menguatkan pendapatnya soal puasa tidak banyak mempengaruhi performa seorang pemain, Elneny mengambil contoh bintang Liverpool, Mohamad Salah yang tetap mampu tampil tajam kendati bermain dalam kondisi berpuasa. Salah satu contohnya adalah ketika Salah menyumbang gol dalam kemenangan Liverpool atas Tottenham Hotspur di final Liga Champions 2018-2019 lalu.

"Berapa banyak gol yang dicetak Salah? Beberapa pemain ketika mereka berpuasa dan mencetak gol, Anda bisa melihatnya dan mereka melakukannya dengan baik. Ini menunjukkan bahwa ini sebenarnya sesuatu yang sangat baik karena Tuhan senang dengan Anda," tandasnya.

Toleransi di Bulan Ramadan

Tahun ini, bulan Ramadan datang di tengah kompetisi musim 2023/2024. Apakah tahun ini akan kembali ada penyesuaian yang dilakukan oleh para operator kompetisi?

Tahun lalu, Premier League selaku operator Liga Primer Inggris memberlakukan jeda sesaat ketika matahari terbenam untuk memberikan waktu bagi para pemain muslim berbuka puasa di tengah pertandingan. Laga Everton vs Tottenham Hotspur pada April tahun lalu adalah kali pertama jeda berbuka puasa ini diaplikasikan di Liga Inggris di mana kita melihat trio pemain Everton; Toffees Abdoulaye Doucoure, Amadou Onana dan Idrissa Gueye berbuka puasa.

Menurut catatan BBC, ada sekitar 253 pemain Muslim di tim utama dan akademi dari empat divisi teratas sepak bola Inggris untuk tahun 2023. Atas dasar inilah, Premier League akhirnya memutuskan untuk memberlakukan jeda berbuka puasa. (Mail Online)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Kautsar)