Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Angga Bratadharma • 31 August 2023 11:12
Pandeglang: Banjir yang satu ini makin meluap tak terkendali. Banjir hoaks namanya. Ini lah berita atau konten palsu yang isinya memicu keresahan dan membingungkan. Juga, merusak kesatuan dan persatuan negeri dengan enam agama resmi dan 1.340 suku bangsa.
Kalau tak bijak dan cerdas menyikapi banjir hoaks yang menggelontor di beragam platform media sosial, tanpa sadar warganet justru ikut jadi penyebarnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, dari Agustus 2018 sampai dengan awal 2022 beredar 9.546 hoaks yang membanjiri beragam platform.
"Media sosial menempati posisi tertinggi (92,4 persen), disusul situs web (34,9 persen), dan perpesanan WhatsApps (62,8 persen)" ujar dosen Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Sutan Ageng Tirtayasa (Untirta), Neka Fitriyah, dalam diskusi literasi digital di Desa Cilabanbulan, Kecamatan Menes, Pandeglang, dalam keterangan tertulis, Kamis, 31 Agustus 2023.
Diskusi luring yang digelar Kominfo bersama Komunitas Anjangsana Menes itu bertema 'Menghidupi Persatuan Indonesia: Jangan Mudah Terprovokasi di Era Luapan Informasi'. Diskusi dihadiri sejumlah komunitas, di antaranya Komunitas Perempuan Volley Menes, Mancing Mania Cilabanbulan Community, dan Petani Kumbili Cilabanbulan.
Neka menambahkan warganet hendaknya bisa lebih bijak dan mau bersikap kritis saat membaca hoaks. Jangan mudah emosi dan merasa mesti menanggapi, dengan mengendalikan jari kita. "Bijaklah pula dalam merespons. Jangan asal share sebelum saring, karena sikap ini penting untuk menjaga kesatuan dan persatuan kita dalam berbangsa," urai Neka.