Ilustrasi bansos. Foto: MI
Media Indonesia • 9 January 2024 14:54
Jakarta: Program bagi-bagi bantuan sosial mulai dikritik dan dinilai menjadi satu hal yang aneh di tengah klaim pemerintah terkait ekonomi Indonesia yang baik.
Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono mengatakan, pemerintah terus mengeklaim perekonomian Indonesia cukup baik. Namun di saat yang sama terus menambah anggaran bantuan sosial (bansos).
Padahal menurutnya, bansos mestinya bersifat temporer dan darurat sebagai pencegahan bertambahnya penduduk miskin.
"Menjadi sebuah keanehan, di tengah klaim pertumbuhan ekonomi tinggi, bansos justru semakin besar dan luas secara sangat signifikan," kata Yusuf melalui keterangan tertulis dilansir Media Indonesia, Selasa, 9 Januari 2024.
Program Keluarga Harapan (PKH), misalnya, di akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni di penghujung 2014 hanya memiliki 2,7 juta keluarga penerima.
Selang empat tahun kemudian, penerima PKH bertambah menjadi 10 juta. Dengan konsep graduasi, kata Yusuf, jumlah penerima PKH seharusnya menurun, alih-alih menjadi berlipat ganda jelang Pemilu 2019.
Hingga kini pada 2023, jelang pemilu 2024, jumlah penerima PKH tetap 10 juta keluarga.
"Jika kita menerapkan konsep graduasi, 5 persen saja setiap tahunnya, antara 2018-2023 seharusnya jumlah penerima PKH menurun 2,3 juta, sehingga jumlah penerima PKH pada 2023 seharusnya tinggal sekitar 7,7 juta," tutur dia.
Baca juga:
Jokowi Pastikan Bantuan Pangan akan Terus Disalurkan hingga Maret 2024 |