Ilustrasi blok migas. Foto: Dokumen SKK Migas
Husen Miftahudin • 30 December 2023 10:27
New York: Harga minyak mentah berjangka turun lebih dari 10 persen pada 2023 di tahun perdagangan yang penuh gejolak yang ditandai oleh gejolak geopolitik dan kekhawatiran terhadap tingkat produksi minyak dari produsen utama di seluruh dunia.
Dikutip Barrons.com, Sabtu, 30 Desember 2023, minyak mentah Brent pada perdagangan Jumat, hari perdagangan terakhir tahun ini, ditutup pada USD77,04 per barel, turun 11 sen atau 0,14 persen. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap pada USD71,65 per barel, turun 12 sen atau 0,17 persen.
Kedua kontrak tersebut turun lebih dari 10 persen di sepanjang 2023, dan menutup tahun ini pada level akhir tahun terendah sejak 2020. Pada 2022 lalu, Brent justru mengalami kenaikan sebesar 10 persen dan WTI naik tujuh persen, didukung oleh kekhawatiran pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Analis memperkirakan minyak mentah Brent rata-rata akan bernilai USD82,56 pada tahun depan, turun dari konsensus November sebesar USD84,43, karena mereka memperkirakan pertumbuhan global yang lemah akan membatasi permintaan. Ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung dapat memberikan dukungan terhadap harga.
Para analis juga mempertanyakan apakah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC+, akan mampu berkomitmen terhadap pengurangan pasokan yang mereka janjikan untuk menopang harga. OPEC+ saat ini memangkas produksi sekitar enam juta barel per hari, mewakili sekitar enam persen pasokan global.
OPEC menghadapi melemahnya permintaan minyak mentahnya pada paruh pertama 2024 ketika pangsa pasar globalnya turun ke level terendah sejak pandemi penurunan produksi dan keluarnya Angola dari kelompok tersebut.
Baca juga: Melempem di Akhir 2023, Dow Jones Turun 0,05%