Jakarta: Sekretaris Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Zulfadly Syam, mengatakan koneksi nirkabel atau wifi (wireless fidelity) gratis sangat berisiko terhadap adanya tindak kejahatan siber. Ini dikarenakan pengguna tersebut tidak mengetahui provider jaringan wifi yang mereka gunakan.
"Kalau jaringan pribadi atau personal, kita tahu kita akan terkoneksi dengan provider apa. Tapi, kalau free wifi, terkadang kita tidak memeriksa wifi itu di-provide oleh siapa," kata Zulfadly melalui keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, 14 September 2024.
Menurut dia, masyarakat harus mewaspadai kejahatan siber bermodus pemberian koneksi internet melalui wifi gratis. Laporan Global Web Index menyatakan lebih dari 60% pengguna internet di Indonesia mengakses internet melalui wifi umum setiap hari. Akses yang serampangan ini berpotensi mengancam privasi data seperti informasi perbankan, kata sandi, hingga komunikasi pribadi.
Pernyataan Zulfadly itu mengemuka dalam webinar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Tetap Terhubung, Tetap Aman: Waspada Wifi Umum, kemarin. Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat selama 2022 terjadi peningkatan kasus serangan siber terhadap pengguna yang terhubung jaringan wifi publik.
Koordinator Divisi Riset & Analisis Kebijakan Siberkreasi, Loina Lalolo Krina Perangin-angin, menambahkan tindak kejahatan bermodus wifi gratis memang sudah didesain oleh pelakunya. Iming-iming jaringan internet secara cuma-cuma dianggap menjadi peluang untuk melakukan tindak kejahatan.
"Sering kali sudah didesain oleh yang punya niat jahat. Sementara kita dengan polosnya masuk di dalam dunia digital seolah-olah semua orang baik-baik saja," ujar Loina.
Optimalkan aplikasi
Dalam diskusi itu, Direktur Eksekutif ICT Watch Indriyatno Banyumurti membagi saran agar netizen menjaga data pribadi di dunia digital agar tetap aman. Menurut dia, aplikasi Authenticator bisa menjadi sarana mencegah tindak kejahatan peretasan data pribadi yang paling optimal.
Indriyatno mengatakan aplikasi tersebut memungkinkan pengguna internet mendapat kode yang berganti-ganti jika ada seseorang yang hendak mengakses data pribadinya.
"Untuk mengantisipasi peretasan data kita bisa menggunakan aplikasi Authenticator. Aplikasi ini menyediakan kode
one time password yang akan berganti-ganti per 30 detik atau satu menit. Cara ini paling optimal untuk menghindari kejahatan siber terutama peretasan data," ujar dia.
Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai penggagas diskusi mengimbau masyarakat agar tetap bijak dalam memanfaatkan teknologi, terutama ketika berkegiatan di dunia digital. Tingginya literasi digital di Indonesia dipercaya bisa menurunkan risiko tindak kejahatan siber di dunia digital.